Wahab Nurdin “Elang-Rahim tidak mau dipikul seperti raja. Itu bertentangan dengan adab. Saat menjumpai pendukungnya, Elang-Rahim malah lebih memilih berjalan kaki,”
HALTENG- Meminjam istilah kaum millenial. Yaitu attitude. Di era modernisasi sekuler, seseorang tidak hanya dilihat dari kelebihan intelektualnya. Melainkan adab dan prilakunya terhadap lingkungan sosial. Tak pelak, attitude di jaman sekarang menjadi indikator seseorang.
Attitude dalam bahasa Indonesia artinya sikap. Sikap dan perilaku yang ditunjukkan seseorang dalam kehidupan sehari-hari, termasuk berbicara, bertindak dan memperlakukan orang lain.
Attitude juga penting bagi pemimpin. Karena pentingnya attitude maka fariabel ini juga bisa menjadi indikator masyarakat memilihnya. Tak heran, tokoh Fagogoru yang juga politisi partai Demokrat Halmahera Tengah, Wahab Nurdin membandingkan prilaku Elang-Rahim dan IMS-ADIL saat merespon pendukungnya.
Menurut Wahab, saat menyapa warga, Om Haji Elang dan Abang Imo tidak mau diperlakukan bak raja, ditandu dan dibawa keliling. Apalagi yang memikulnya adalah orang tua-tua sehingga tidak layak diperlakukan begitu.
“Elang-Rahim tidak mau dipikul seperti raja. Itu bertentangan dengan adab. Saat menjumpai pendukungnya, Elang-Rahim malah lebih memilih berjalan kaki,” ungkap Wahab.
Berbeda dengan perilaku dan sikap IMS-ADIL. Mantan Pj. Bupati Halmahera Tengah ini dengan asyiknya menikmati eforia politik di atas bahu orang tua-tua. Memang aksi tandu tidak ada dalil yang mengharamkannya. Namun sebagai seorang yang memiliki wawasan luas dan jam terbang tinggi di Metropolitan sepatutnya tidak perlu memperlakukan hal itu kepada orang kampung. “Ya biarlah masyarakat itu sendiri menilainya. Mana pemimpin yang melayani dan pemimpin yang mau dilayani,” terang Wahab.