Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dengan ribuan pulau terbentang dari sisi barat hingga timur. Sebagian besar dari pulau di Indonesia merupakan pulau kecil yang dihuni oleh pendatang dari pulau lebih besar karena keberadaan kegiatan ekonomi pada pulau tersebut. Salah satu contoh dari pulau tersebut adalah Pulau Gebe yang terletak di Halmehera Tengah. Pulau Gebe merupakan pulau penghasil nikel yang mulai dieksploitasi oleh BUMN Aneka Tambang pada tahun 1979 hingga saat ini. Kegiatan penambangan ini menarik kehadiran para pekerja yang menjadi cikal bakal dari penduduk di pulau Gebe saat ini.
Salah satu tantangan dari keberadaan kegiatan ekonomi seperti tambang adalah menyediakan bahan pangan bagi pekerja tambang. Bagi pulau Gebe, satu-satunya sumber pangan yang mungkin dapat dipenuhi secara mandiri adalah pangan dari laut sedangkan pangan lain seperti pangan pokok dan hasil pertanian daratan harus disuplai dari luar pulau. Kondisi ini memberikan beban ekonomi bagi perusahaan dan penduduk pulau karena harga pangan hasil pertanian yang tinggi.
Di sisi lain, kegiatan pertanian yang dilakukan pada pulau Gebe belum menghasilkan jumlah yang optimal karena kelemahan pada pengetahuan akan pertanian dan kondisi lahan serta ketersediaan air yang relatif tidak memadai. Pada awal tahun 2024, desa Sanafi yang merupakan desa baru hasil pemekaran bermaksud untuk menjadi sentra produksi pangan pada pulau Gebe namun mengalami kegagalan sehingga mengajukan permohonan melalui program Desanesha kepada Institut Teknologi Bandung.
Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali menunjukkan bakti dan kontribusi sosial yang tinggi dengan melakukan proyek pengabdian kepada masyarakat pulau Gebe di bawah Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) dengan proyek pengabdian masyarakat berjudul Transfer Teknologi Tepat Guna Pertanian dan Peternakan Rendah Input dan Regeneratif pada Desan Sanafi Pulau Gebe Halmahera Tengah. Pengabdian masyarakat ini dipimpin oleh Ramadhani Eka Putra dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati beserta anggota yang terdiri atas Acep Purqon dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Indria Herman dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, serta Ida Kinasih dari Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Kegiatan ini juga menjadi bagian program MBKM yang melibatkan dua orang mahasiswa Rekayasa Pertanian ITB, yaitu Ervan Immanuel dan Muhammad Arsyad Fajri.