Umumnya kota-kota tradisional itu adalah pusat kerajaan-kerajaan di masa lalu. Banyak diantara kota tersebut yang dibangun dengan pertimbangan magis-religius atau makro-kosmos dan kepercayaan setempat.Ada kota tradisional yang dibangun berdasar garis imajiner kepercayaan tra- disional, ada yang berdasar mata angin, atau atas dasar yang lain. Pola sosio kul- tural terlihat jelas dalam penataan pe- mukimannya, misalnya di sekitar istana atau kraton dapat dibangun rumah para bangsawan, pejabat kerajaan, dan juga abdi dalem, tempat ibadah, dan pasar. Kadang-kadang kraton juga merupakan ben- teng dengan tembok yang melingkar, lengkap dengan lapangan dan tempat ibadah. Bahkan kota-kota di Jawa Tengah, Yogyakarta, maupun Surakarta menun- jukkan pola yang sama di masa lampau. Kota tradisional ditandai dengan pem- bagian spatial yang jelas berdasarkan status sosial dan dekatnya kedudukan pemukim dengan istana.
Selanjutnya karakteristik kota Ternate sebagai kota kolonial ditandai dengan berdirinya benteng-benteng pertahanan kolonial di Kota Ternate.
Kota Kolonial ditandai dengan benteng dan barak, perkantoran, rumah-rumah, gedung societeit, rumah ibadah vrijmetse.
Sedangkan Ternate dengan citi khas Kota modern bisa ditandai dengan kosmopolitan nya.
Ilham Daeng Makkelo dalam kajian Kota Modern mengutarakan bahwa beberapa penulis juga mencoba menulis kemodernan sebuah kota dalam perspektif sejarah. Misalnya Dias Pradadimara yang melihat penggunaan ruang kota Makassar dengan simbol-simbol modern. Kota ini kemudian menjadi kota kosmopolitan dengan datangnya orang dari berbagai penjuru Asia dan Eropa. Pembangunan- pembangunan tenaga listrik, pipa saluran air, dan fasilitas-fasilitas lainnya menjadi- kan Makassar memiliki wajah modern dan kosmopolitan. Pada tahun 1938 Makassar disebut sebagai kota yang paling diterangi di Hindia Belanda.
Ada RM di Kota Ternate Modern.
Eksistensi Rizal Marsaoly dalam perkembangan Ternate sebagai Kota modern adalah argumentasi yang logis baik secara formil maupun faktual.Sebagai seorang birokrat, perannya dapat dilacak pada jejak karier birokrasi mulai Kabag Perencanaan Bappeda Kota Ternate, Kepala Bappelitbangda Kota Ternate, Kepala Tata Kota Pemkot Ternate dan Sekertaris Daerah Kota Ternate.Pada jejak karier birokrasi itu, RM tak terbantahkan terlibat langsung dalam kebijakan anggaran pembangunan dan secara tehnokratik dalam desain perencanaan pembangunan Kota Ternate modern sejak era Walikota Syamsir “Ko Syam” Andili, Walikota H.Burhan “Ko Bur” Abdurahman sampai Walikota Tauhid Soleman selama kurung waktu 25 tahun atau 5 periodisasi kepemimpinan Ternate modern yang bole dikata era di mulainya Ternate modern.
RM eksis dalam tehnokrasi Proyek reklamasi pantai Tapak 1,2 dan 3 dengan kompleks pertokoan Jati Land, Masjid Al Munawwar, Land Mark, Taman Nukila, Moderasi Benteng-Benteng Kolonial dan beberapa tempat rekreasi alam adalah sejumlah destinasi ikonik Kota Ternate yang menandai peran Rizal Marsaoly di Ternate modern(***)