Saturday, 19 April 2025

(ANTARA) MADINAH – ISTAMBUL

-

Kurang lebih 40 menit, akhirnya terlihat gedung bandara Prince Muhammad bin Abdul Aziz. Sekilas bandara ini tidak terlampau besar, tapi nampak megah. Dengan sinar lampu yang bercahaya.
Sesaat kemudian, mobil berhenti di depan area gedung pemberangkatan. Koper-koper diturunkan untuk diletakan di troli. Ada yang menarik, ketika bagasi mobil di buka, sang sopir “diam terpaku” menatap kami. Lazimnya seorang sopir bantu turunin koper, bagian dari pelayanan. Penulis bersama Pak Tomas akhirnya yang turunkan sendiri dan meletakan di atas troli.

Ada perasaan dongkol dalam hati saya, “mengapa sopir ini tidak membantu kami, dan bahkan hanya menatap kami begitu saja”. Ada godaan untuk memberikan ongkos hanya 100 real dari 120 real yang telah disepakati dengan menejemen hotel.
Saya akhirnya menyadari dan istigfar, ini kota Rasullah, kota suci. Mungkin bagian dari ujian kesabaran untuk kami. Sisi lain adalah, saya berpikir positif dan bergumam di hati “oh iya ternyata usianya sopir ini tidak muda lagi, sehingga tak mungkin baginya untuk ngangkat koper”. 120 real pun diserahkan padanya.

Setelah berada di Gedung Bandara, kami pun ngantri. Proeses antrian ttak panjang. Kami pun akhirnya sampai di “waiting room”, tempat kami duduk sangat dekat dengan pintu “boarding”. Saat itu waktu menunjkan pukul 04.00, menjelang subuh.
Kami sempatkan mengisi perut dengan roti. yang tak jauh beli dari tempat duduk kami, sempat mengambil foto bersama. Penulis sempat mendatangi toko buku di salah satu pojok. buku-buku itulah buku-buku novel dan buku anak-anak yang berbahasa Arab. Penulis membeli satu buku Novel yang judulnya “Qalbi Mahmuun Bika” penulisnya Atsir Abdullah Al-Barkaan.
Saat yang sama, saya menerima telfon dari sahabat saya Basri Salama, kemudian melakukan kontak dengan Ka Ul (menayakan keadaan Ibu Mareku), juga pada Rosita Alting dan Ustadz Redwan Sese. Saya juga menerima telfon dari Prof.Dr.Saiful Deni, Rektor UMMU Ternate, membahas soal wafatnya sahabat Beliau (Pak Rektor) Dr.Usman jasad.

Saya tak menyangka Pak Rektor UMMU adalah sahabat dekat Almarhum Dr. Usman Jasad, Beliau sedikit berkisah, mereka adalah satu angkatan, saat Usman Jasad terpilih jadi ketua Senat Institut UIN Alauddin, Beliau saat itu sebagai Sekretaris Umum Senat Fakultas Fak.Tarbiyah STAIN Ternate, dan Nasit Marassabessy sebagai Ketua Senat, yang menjadi utusan dan punya hak suara atas terpilihnya Al-marhum.
–000—

Di ruang tunggu, saya “menggogling” informasi tentang bandara. Untuk menjawab rasa penasaran saya terhadap profil bandara ini. Nama bandara ini adalah Prince Muhammad bin Abdul Aziz. Bandara ini mulai dibangun Tahun 1974. Saat itu masih dalam skala kecil. Sejak dibukanya, banyak jemaah yang mulai merasakan kemudahan.
Kini, jamaah tak harus menempuh jalan darat yang panjang dari Jeddah. Mereka bisa langsung terbang ke Madinah dengan lebih nyaman. Bagi Saya, inilah kali keduanya. Saat pertama, ketika dampingi jamaah beberapa tahun silam, penerbangan Jakarta- Madinah dengan mengguanakan Saudi Airlnes.

Tahun 2007 menjadi titik balik penting dalam sejarah Bandara Prince Mohammad bin Abdulaziz. Pemerintah Saudi mengumumkan proyek besar untuk memperluas dan memodernisasi bandara ini. Tujuannya tidak hanya untuk meningkatkan kapasitas penumpang, tetapi juga untuk menyediakan fasilitas yang setara dengan bandara-bandara internasional kelas dunia.