Thursday, 12 December 2024

Benny Laos “Ber Qurban” Ini Sikap MUI Kota Ternate dan Tikep

-

MEDIA RAKYAT24.Com—Ternate||Berita Benny Laos menyumbang hewan qurban di hari raya qurban atau Idul  Adha 1445 Hijriyah/2024 Masehi telah menuai polemik.Benny dinilai ber qurban padahal dia non muslim yang tidak diwajibkan bahkan disunatkan.Apa motif dibalik itu, kalangan ulama pun terusik.

Berdasarkan data, 3 daerah yakni Kota Ternate, Kota Tidore dan Kabupaten Halmahera Selatan menjadi sasaran pembagian hewan qurban berjumlah 72 ekor itu.

“Hewan kurban yang dibagikan ini sebanyak 72 ekor. Ini dibagikan sesuai permintaan kabupaten kota,” jelas Kepala Bagian Devisi Humas Bela Peduli, Faisal Opo Anwar, kepada Nuansa Media Grup (NMG), Rabu (12/6).

Menurutnya, 26 ekor sapi telah disalurkan ke masjid di wilayah Kota Ternate. Sedangkan 13 ekor yang tersisa akan dibagikan pada Rabu (13/6) besok, demikian dilansir dari media siber Nuansa ‘e dia Grup.

“Besok juga kita akan serahkan 12 ekor sapi di Kota Tidore. Kemudian di Halmahera Selatan itu 14 ekor. Di Halsel kemungkinan hari Jumat baru kita serahkan,” ujarnya.

Majelis Ulama Indonesia Kota Ternate dan  Kota Tidore, 2 dari 3 daerah saaaran sumbangan hewan qurban Yayasan Bella Peduli  diminta bersikap agar umat tidak tersesat.Sebab hewan qurban dari non muslim selain secara hukum Islam atau fiqih dilarang namun sebagian besar umat dinilai belum memahami kaidah fiqih yang sebenarnya termasuk dalam tata cara penyembelihan atau penanganan hewan bantuan dari non muslim untuk ber qurban.

Menurut Ustadz Agus, sumbangan hewan qurban non muslim bukan qurban tetapi hanya terhitung sebagai hadiah yang penyembelihanny dengan niat sesembelihan bisa.

” baca doa sembelihan biasa saja Bismillahi Allahu Akbar, tidak bisa pake dia sembelih qurban ”jelas dia.

Sebagian ulama di Kota Ternate telah memberikan pandangannya.UstadZ Usman Muhammad, Ustadz  Saleh Sakola dan Habib Alwy Albaar dengan tegas menyatakan haram.

Menyusul belakangan Ustadz Agus dari Tikep dengan halus menyatakan, ber qurban ala Benny Laos adalah hadiah, tidak bisa dikategorikan sebagai hewan qurban.

Menurut Ustadz Agus, Berqurban itu ada sarat dan rukunya yakni harus muslim, mampu dan baliq San memiliki kelebihan harta seperti dalam rukun haji hanya yang mampu, Benny Laos yang non muslim tidak bisa ber qurban.

”Dalam hal utbiyah atau dalam hal hewan qurban itu ada syarat-ayarat yang berlaku sehingga seseorang itu terkena hukum wajib untuk ber qurban”ujar dia.

”Yang pertama, orang itu adalah seorang yang muslim, orang yang baliq dan punya kemampuan dan jika kemudian jika dia berlebih hartanya seperti hukum haji jika maka dia ber qurban dan jika yang tak mampu maka dia yang berhak menerima qurban, begitu ya”jelas Ustadz Agus.

“Kemudian syarat sah sesembelihan itu dilakukan buat qurban maka yang menyembelih itu harus muslim akan melafalkan sebuah niat, kalau kita terjemahkan dengan menyebut nama Allah Bismillah akan disembelih qurban dari si fulan dengan niat lillahi taala sehingga itu runtut antara yang menyembelih dan memberikan hewan qurban itu konek artinya seorang muslim dengan muslim” jelas.

“Itulah syarat qurban sehingga qurban itu berbeda dengan sesembelihan hewan yang lain, sampai disini sempurna”tandas dia.

Adapun sumbangan hewan qurban dari Bos Bella Grup melalui yayasan Bella Peduli itu hanya bisa diterima sebagai hadiah bukan qurban.

Ustadz Agus mengatakan, sumbangan dari non muslim yang senang dan berempati dengan Islam sehingga ingin mengambil peran maka pada bab fiqih yang lain telah dibahas boleh ya seorang non muslim yang lain memberikan hadiah kepada seorang muslim, itu memang di perbolehkan”

”nah ketika kita bawa dalam prosesi kita  ber qurban maka ketika seorang non muslim menyumbang seekor kambing atau seekor sapi maka ini kita bawa dia pemberian ini tidak pada  ranah qurban karena dia tidak memenuhi syarat qurban dia bukan Orang muslim sehingga saat penyembelihan itu nya tidak bisa, tidak konek, maka dalam ranah qurban sumbangan hewan qurban maka posisi nya hadiah sehingga ketika disembelih niatnya bukan qurban”

”hewan sumbangan dari non muslim itu sudah milik orang muslim disembelih sesembelihan biasa saja”urai dia.

Ketua MUI Kota Ternate dan Ketua MUI Kota Tidore selaku pribadi telah memberikan sikapnya.Ke 2 ketua MUI itu dengan bersandar pada kaidah fiqih menyatakan tidak ada kaidah fiqih 4 mazhab yang mengatur soal hewan qurban non muslim sebaliknya hanya mengatur bahwa yang bisa ber qurban yang muslim yang baliq dan mampu.

Ketua MUI Kota Ternate, Prof Dr.Jubair Situmorang yang dikomfirmasi media ini mengirimkan konsep fiqih Islam tentang qurban secara sistimatis.

Sedangkan Ketua MUI Kota Tidore, Ustadz Saleh Yasin senada ulama lainya mengharamkan sumbangan hewan qurban dari Benny Laos.

Namun Ustadz Saleh Yasin  dapat menerima sumbangan hewan qurban dari Benny Laos dari sisi sosial.

”Kalau sebagai hewan qurban tidak bisa, haram, namun secara sosial itu bisa kita terima”ujar dia.

Wakil Imam Mesjid Raya Almunawwar Habib Alwy Albaar menyampaikan badan sara telah memutuskan menolak sumbangan hewan qurban Benny Laos melalui yayasan Bella Peduli jika memdapat sumbangan.

”kita putuskan menolak jika ada sumbangan itu”tegas Habib Alwy Albaar.

Panitia Mesjid di salah satu mesjid di kota Yernate sendiri menerima sumbangan hewan qurban Benny Laos sebagai hadiah semata dan bakal menyembelih hewan qurban Benny Laos sebagai sesembelihan biasa  diluar haru tasdik atau 3 hari qurban.

”Iya itu hanya hadiah bukan hewan qurban jadi Kuta sembelih hewan biasa saja dan dilakukan diluar hari tasrik”ujar ketua panitia qurban kelurahan ini.

Prof Jubair dalam uraiannya, tidak terdapat pembahasan non muslim ber qurban.Dalam konsep nya hanya terdapat syarat dan rukun ber qurban menurut 4 mazhab dalam Islam yakni mazhab Maliki, Mazhab Syafi, Mazhab Hambali dan Mazhab Hanafi.

Prof Jubair dalam ulasannya menitik beratkan pada siapa yang bisa ber qurban, tujuan ber qurban, siapa penyembelih hewan qurban, tata cara oenyembelihan, siapa penerima daging hewan qurban, waktu pelaksanaan penyembelihan hewan qurban, tidak dijelaskan apakah non muslim bisa ikut ber qurban atau tidak.Namun meihat tujuan ber qurban bahwa qurban bertujuan untuk taqwa maka dapat dimaknai bahwa non muslim tidak masuk kategori orang atau kelompok yang bisa ber qurban hal mana taqwa hanya bagi muslim.

“Fiqh Qurban dalam Pandangan Imam Empat Madzhab )تعريف( Definisi.1
Secara etimologis kata qurban berasal dari ِ
قـرب – يـقرب – قـر􏰁 و قـر􏰁􏰀 و قر􏰁􏰀. المنجد ََُ َُُْ ًًًََََُُْْْ
“Mendekat/pendekatan/ dekat atau mendekatkan diri.”
قَُرَب–يَْقُرُب)يَْقَرُب(–قَِريًْبا —􏰃􏰂قَْرُب-lebihdekat )􏰂􏰃قَْربُْون–kerabatdekat-(
ق َ 􏰄 ر َب – ي ُ ق َ ّ ِ ر ُب – ق ُ ْ ر َ 􏰆 ً 􏰅 – ) ق ُ ْ ر ب َ ً ة ( – ُ م ق َ 􏰄 ر ٌب ) ُ م ق َ 􏰄 ر ب ُ ْ و َ ن ( Ra’ nya di tasydid maka artinya mendekatkan, menghidangkan, mempersembahkan
Kata Taqarrub juga berasal dari kata tersebut, oleh sebab itu makna Qurban secara bahasa dapat diartikan sebagai salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allâh  , untuk mendapatkan ridhaNya sekaligus cintaNya kepada kita…Insya Allâh

“Hewan yang disembelih dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allâh Ta’ala. Qurban disebut juga ٔ􏰃ضحية (udhhîyah) atau Dhahîyyah yang berarti hewan yang
disembelih atau hewan yang disembelih pada hari ‘Idul Adha. (Wahbah Az Zuhailî, Al Fiqh Al Islamî wa Adillatuh, III:594). Atau, al-udhhîyah (الأ􏰉􏰈ية) didefinisikan sebagai hewan yang disembelih waktu
dhuha, yaitu waktu saat matahari naik.

“Dalam terminologi Fiqh, kata qurban memiliki arti penyembelihan hewan tertentu dengan niat mendekatkan diri kepada Allâh  (Qurbah) pada Hari Raya Haji (Idul Adha) dan/atau pada hari-hari tasyrîq. (Ensiklopedi Hukum Islam, Vol III/994).”jelasnya.

“Dikaitkan dengan kata Idul Adha diperoleh pengertian Sebagaimana pendapat Syaikh ’Abdul ’Adhim Badawi dalam al-Wajîz fi Fiqhus Sunnah (hal. 402), maknanya adalah : ً
ا ٔ􏰌ضحية : فه􏰋ي ما يذبح يوم النحر ؤ􏰃􏰇م ال􏰊شريق من النعم تقر􏰆 ٕالى الله تعالى) شرح زاد المس􏰎تق􏰍ع(
Di dalam al-Mausū’ah al-Fiqhiyah, dikatakan “ Qurban berarti penyembelihan hewan tertentu dengan niat mendekatkan diri kepada Allâh  pada waktu Idul Adha atau hari Tasyrîq (tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah).
وا􏰌ٔضحية: ما يذبح من ٕابل وبقر وغنم ٔ􏰃􏰇م النحر 􏰑س􏰐ب العيد تقر ً􏰆 ٕالى الله تعالى، ومشروعيتهما 􏰏بتة
ما يذبح في ٔ􏰃􏰇م النحر تقر ً􏰆 ٕالى الله
َََُُُِِِِْْْْْْ
􏰆لك􏰕اب والس􏰎نة وا ٕلاجماع. فقال تعالى: } والب ْدن جعلنا َها لكم ّمن َشعا􏰓 ِر ا 􏰄􏰒 لكم فيها َ􏰖 ٌير فاذكروا ا َسم
َِ 􏰔 َ َََََُُُِِْ َِْ ََََِ ََُُْ􏰄ُْ ا􏰄􏰒􏰚َلْيهاصوا􏰄ففَاذاوج􏰘ْتجُ􏰍وُبهافَكلوامْنهاو􏰂􏰃طعمواالقَانعوالمعَ􏰄تركذَ􏰗 􏰄سخرَ􏰅َهالكملعلكم
َََُ􏰙َََََََََُُُْْ
􏰛 َ ْش ك ُ ر و َن { .”

Tandasnya “Hewan Qurban, adalah “Hewan yang disembelih dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allâh Ta’ala dan pensyariatannya ditetapkan di dalam Al Qur’an dan Sunnah (hadîts) dan Ijma‘. Allâh  : “Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi’ar Allâh, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allâh ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah”urai dia

Tentang siapa saja penikmat daging hewan qurban, begini penjelasan Peof Jubair Situmorang
“sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, Mudah-mudahan kamu bersyukur. “ QS. Al Hajj (22):36

“Dari ayat ini didapatkan informasi mengenai siapa saja yang boleh memakan daging
qurban, (yaitu, yang berqurban, orang yang mau/rela memakannya dan orang
yang meminta).. para imam Mujtahidin memberikan panduan dalam pembagian
daging qurban ini. Tujuan utama berqurban adalah keridhaan Allâh  sebagaimana
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allâh, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allâh telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allâh terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. QS Al hajj (22) : 37” jelas dia.

2.KAPAN QURBAN DISYARI’ATKAN
firmanNya:
َََََََََُُُُُِِِِْْْ ل ْ ن ي َ َ ن ا ل ا 􏰄 َ􏰒 ل ُ ح و ُ م ه َ ا َ و لا د َ م ا ُ ؤ َ ه ا َ و ل ك ْ ن ي َ َ ن ا ُ 􏰜 ا ل ت 􏰄 ْ ق َ و ى م 􏰍 ْ كم ك َ ذ ِ َ􏰗 سخ 􏰄 َ ر َ ه ا ل كم ل ُ ت ك ِ ّ ُ بر و ا ا 􏰄 َ􏰒 􏰚 َ لى َ م ا َ ه َ د ا كم
ِِِْ َ و 􏰑 َ ّ ِشر ا ل ُ م ْ ح س 􏰎 ن َ ين
Dalam kitab al Fiqhul Islamî wa Adillatuhu IV/244, maktabah syamilah, diterangkan: وقَْد ُ ِشرَع ْت ِفيالس􏰎نِةالث􏰄اِنيِة ِمنالْهِجرِة َكالزَكاِةوصَلاِةالِْعيَد􏰝ن
َّ􏰄ََََْ􏰄ََِْْ
Ibadah qurban mulai diyari’atkan pada tahun kedua hijrah, sebagaimana pensyari’atan zakat dan dua ied
Rasûlullâh  beserta umatnya diperintahkan menyembelih hewan qurban sebagaimana dalam surat Al Kautsar:ْ ِ ْ ِ َ ْ
􏰙ا􏰄􏰅􏰂􏰃ْعَطْيَناَكالكْو􏰞ََرفََصِّللَِربَّكَواَنحْر 􏰙ا􏰄نَشانَئَكُهَوا􏰂􏰌بَُْتر
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka
Dirikanlah shalât karena Tuhanmu; dan berqurbanlah [i]. Sesungguhnya orang-
orang yang membenci kamu dialah yang terputus[ii].
[i] yang dimaksud berqurban di sini ialah menyembelih hewan qurban dan mensyukuri nikmat Allâh. [ii] maksudnya terputus di sini ialah terputus dari rahmat Allâh.
Tafsir Jalalain : (Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu) hai Muhammad (Al-Kautsar) merupakan sebuah sungai di surga dan telaga milik Nabi  kelak akan menjadi tempat minum bagi umatnya. Al-Kautsar juga berarti kebaikan yang banyak, yaitu berupa kenabian, Alquran, syafaat dan lain sebagainya.
(Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu) yakni orang-orang yang tidak menyukai kamu (dialah yang terputus) terputus dari semua kebaikan; atau putus keturunannya. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang yang bersikap demikian, dia adalah ‘Ash bin Wa’il, sewaktu Nabi  ditinggal wafat putranya yang bernama Qasim, lalu ‘Ash menjuluki Nabi sebagai Abtar yakni orang yang terputus keturunannya. Dalam Tafsir Ibnu Katsîr: (فَ َص ِّل) adalah Shalât maktubah dan Nafilah.
ٔ􏰃ي كما 􏰃ٔعطيناك الخير الك􏰣ير في ا􏰢نيا وا􏰌ٓخرة ومن ذ􏰗 ا􏰡نهر ا􏰠ي تقدم صف􏰕ه ف􏰟ٔ􏰖لص لربك صلاتك المك􏰕وبة والناف􏰤 ونحرك فاعبده و􏰥ده لا شريك 􏰜 وانحر 􏰚لى اسمه و􏰥ده لا شريك 􏰜 كما قال تعالى ” قل ٕان صلاتي و􏰦سكي ومحياي ومماتي 􏰧 رب العالمين لا شريك 􏰜 وبذ􏰗 ٔ􏰃مرت ؤ􏰃􏰅 ٔ􏰃ول المسلمين .
Dan bagi orang-orang yang mempunyai kecukupan rezeki..sangat dianjurkan berqurban, Rasûlullâh  bersabda :
Ngaji Bersama Gus Arifin 2

􏰂􏰂َِ􏰄َِ􏰄ٌَََََََْ􏰄
َعن 􏰃ِبي ُهر􏰝رَة 􏰃ن رسول ا 􏰄􏰒 صلى ا 􏰄ُ􏰒 􏰚َليه وسلم قال َمن كان ُ􏰜 سعة ولم ي َضح فلا يقر􏰨ن ُمصلاَ􏰅) واه
ََْْ􏰄َُ َ َََْ)1(َََََََُِّْْ􏰄َ
ٔ􏰃حمد وا􏰨ن ما􏰪ة وا􏰢ارقطني والبيهقي والحاكم وصح􏰩ه ووافقه ا􏰠هبي .
Dari Abi Hurairah  sesungguhnya Nabi  berkata :“Barangsiapa yang memiliki kelapangan (harta) namun tidak mau berqurban, maka janganlah ia sekali-kali mendekati tempat shalât kami.” [Shahîh Ibnu Mâjah (no. 2532).
“Mendekati tempat shalât kami” oleh Imam asy-Syaukani di dalam as-Sailul Jarrar (IV:44-45) diartikan sebagai Tempat Shalât Idul Adha. Wajhul Istidlal (arah pengambilan dalil) menyatakan bahwa hadîts di atas adalah hadîts yang jelas menunjukkan akan pentingnya menyembelih Qurban bila keadaan memungkinkan.
َوفَ َد ْي َنا ُه ِب ِذبْ ٍح َع ِظ ٍيم
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar (QS.As Shaffat (37): .)107
3.Hukum berqurban ada tiga:
1. Wajib, yaitu dengan dua sebab :
 Nadzar, misal: perkataan :”saya nadzar menyembelih qurban”.
 Menentukan atau mengisyaratkan kepada hewan qurbannya, seperti ucapan:
“ini adalah qurbanku” atau “saya jadikan kambing ini sebagai qurbanku”. Namun pendapat Sayyid Umar Al-Bashrî, perkataan “ini adalah qurbanku” dengan tujuan memberitahukan bahwa hewan ini untuk qurban, tidak menjadi wajib (bukan ta’yîn).
2. Sunnah kifayah, artinya jika salah satu anggota keluarga telah berqurban, maka gugur tuntutan bagi anggota keluarga yang lain, namun pahala hanya untuk yang berqurban saja. Yang dimaksud keluarga disini adalah orang yang dinafkahi, meskipun bukan nafkah wajib.
3. Sunnah ‘ain muakkad, yaitu untuk per-individu (termasuk bagi yang sedang haji).
Hukum Qurban menurut Imam Empat Madzhab
Hanafî
Mâlikî
Syâfi’î
Hanbalî
Wajib
setahun
mampu)
Sunnah
miskin)
Wajib bagi yang ber- nadzar
sekali
dalam
(bagi
yang
(bagi namun
orang tetap
Sunnah Muakkad (bagi yang selain Jamaah Haji) Wajib (bagi Jamaah Haji) dan disembelih di Mina
Sunnah Muakkad (bagi setiap individu sekali dalam seumur hidupnya), karena amr (perintah)-nya tidak menghendaki peng- ulangan (la yaqtadî at- tikrar).
Sunnah Kifayah (bagi setiap keluarga sekali setahun). Mayoritas ulama dari madzhab As- Syâfi’îyah berpendapat, bahwa jika dalam satu keluarga ada yg menyembelih satu hewan qurban, maka pahala qurban itu diberikan padanya dan juga kepada keluarganya.
Sunnah Muakkad dan makruh bagi orang yang mampu tetapi tidak me- nyembelih hewan qurban.
)1( المس􏰎تدرك 258/4 ، الف􏰕ح الر􏰆ني 58/13 ، سنن ا􏰨ن ما􏰪ه 1044/2 ، سنن البيهقي 9/ 260 ، سنن ا􏰢ار قطني 276/4.
Ngaji Bersama Gus Arifin 3
Syarat bagi orang yang ber-qurban
Para fuqaha sepakat tentang syarat-syarat bagi orang yang ber-qurban sebagai berikut :
1. Muslim.
2. Merdeka.
3. Baligh.
4. Berakal.
5. Penduduk tetap suatu wilayٌah. ُ َ َ َ
]􏰫ان له َس َعة[ Mempunyai kemampuan .6
Para fuqaha berbeda pendapat dalam memahami “mempunyai kemampuan” sebagai berikut :
1. Madzhab Hanafî mengartikan: ”memiliki senisab zakat di luar kebutuhan
sandang, pangan, dan papan keluarganya.” Imam Hanafî mengatakan barang siapa mempunyai kelebihan 200 dirham (1 = 2,975 gram Perak murni; = Rp.12.105/gram; atau senilai Rp.7.200.000,-) atau memiliki harta senilai itu, dari kebutuhan tempat tinggal, pakaian dan kebutuhan dasarnya.
2. Madzhab Mâlikî, mengartikan: “ memiliki harta lebih dari kebutuhan primer dalam tahun itu.” Imam Malik mengatakan bahwa ukuran seseorang mampu qurban adalah apabila ia mempunyai kelebihan seharga hewan qurban dan tidak memerlukan uang tersebut untuk kebutuhannya yang mendasar selama setahun. Apabila tahun itu ia membutuhkan uang tersebut maka ia tidak disunnahkan berqurban.
3. Madzhab Syâfi’î, mengartikan: “seseorang dipandang mampu apabila memiliki harta seharga binatang qurban di luar kebutuhannya dan kebutuhan orang yang berada di bawah tanggungjawabnya.” Imam Syâfi’î mengatakan: ukuran mampu adalah apabila seseorang mempunyai kelebihan uang dari kebutuhannya dan kebutuhan orang yang menjadi tanggungannya, senilai hewan qurban pada hari raya Idul Adha dan tiga hari tasyrîq.
4. Madzhab Hanbalî, mengartikan: “kemampuan mendapatkan seharga binatang qurban, sekalipun dalam bentuk utang, tetapi yang bersangkutan sanggup membayarnya.” Imam Ahmad berkata: ukuran mampu quran adalah apabila dia bisa membelinya dengan uangnya walaupun uang tersebut didapatkannya dari hutang yang ia mampu membayarnya
Menyembelih hewan Qurban untuk orang lain atau orang yang telah meninggal menurut 4 Madzhab
Hanafî
Mâlikî
Syâfi’î
Hanbalî
Boleh berqurban untuk orang yang telah meninggal, meskipun tanpa ada wasiatnya. Pendapat ini disandarkan pada, “Rasûlullâh  sendiri
pernah meletakkan pelepah- pelepah kur-ma basah di atas kuburan orang yang meninggal dunia dan menyatakan bahwa hal itu memberi manfaat kepadanya” (HR.al-Bukhârî dan Muslim).
Makruh berqurban untuk orang yang telah meninggal tanpa wa-siat sebelum meninggal.
BIla orang itu sebelum meninggal telah menyertakan niatnya, maka sunnah bagi ahli warisnya ber-qurban untuknya.
Tidak boleh ber- qurban untuk orang lain kalau tanpa izin orang tersebut.
Tidak boleh ber- qurban untuk orang yang telah meninggal dunia tanpa ada wasiat darinya.
Kecuali bila ada izin/wasiat.
Sama dengan pendapat Hanafî
Ngaji Bersama Gus Arifin 4
4.Kualitas Hewan Qurban
Syarat-syarat kualitas hewan yang sah untuk qurban adalah: 1. Tidak cacat, sebagaimana hadîts Nabi  :
􏰂􏰃ربع َلا ُْتجِزُئفياْ􏰂􏰌َضاِ􏰬الْعوراءالْبِّين َعورَهاوالْمِريَضُةالْبِّين َمرُضهَاوالْعر􏰪اءالْبِّين َعرَُ􏰭ا ٌَْْ ََََََََََََََُُُُُُِِّْْ
َوالَع ْجَفاُءالتيلاتُْنقي
Empat hal tidak diperkenankan dalam hewan qurban: buta, sakit, pincang serta sangat kurus hingga tak bersumsum.” (HR. Ibn Mâjah dan Nasâ’î)
و􏰮 تجز بينة الهزال # ومرض وعرج في الحال وناقص الجزء كبعض أذن # أو ذنب كعور في الأع􏰯 أو العمى أو قطع بعض الألية #وجاز نقص قرنها والخصية )م􏰰 زبد ابن رسلان ص: )136-135(
Tidak diperbolehkan hewan yang sangat kurus, sakit, pincang, cacat bagian tubuhnya seperti sebagain telinga atau ekornya sebagaimana pula buta sebelah matanya, buta keduanya atau terputus pantatnya. Diperbolehkan hewan yang cacat tandukya dan hewan yang dikebiri. (Matan Zubad Ibn Ruslân h.135-136)
2. Telah mencapai umur tertentu, berdasarkan hadîts Nabi  :
“Janganlah kamu menyembelih untuk qurban melainkan yang telah berganti gigi, kecuali jika sukar didapatkan, maka boleh yang berumur satu tahun dari domba” (HR. Muslim).
Sapi  umurnya tidak boleh kurang dari 2 (dua) tahun
Unta  umurnya tidak kurang dari 5 (lima) tahun
Kambing  umurnya tidak kurang dari 1 (satu) tahun
Domba  umurnya tidak kurang dari 6 (enam) bulan (jika gemuk) atau 1 (satu) tahun
5.Urutan Tingkat Keutamaan Hewan Qurban
)وأفضلها بدنة ثم بقرة ثم ضائنة ثم عنز ثم شرك من بدنة( ثم من بقرة لأن كلا م􏰱 ذكر أطيب م􏰱 بعده أي من شأنه ذلك ) وسبع شياه ( من الضأن أفضل من سبع من المعز وسبع من المعز ) أفضل من البدنة ( لازدياد القربة بك􏰲ة الدماء المراقة ) وأفضلها ( من حيث اللون ) البيضاء ثم الغبراء ( وهي التي لا يصفو بياضها ) ثم البلقاء ( وهي ما بعضها أبيض وبعضها أسود ) ثم السوداء ثم الحمراء ( هذا ضعيف والذي قاله
الماوردي أن الحمراء قبل البلقاء والتفضيل في ذلك قيل للتعبد وقيل لحسن المنظر وقيل لطيب اللحم
(Paling utamanya Qurban adalah Unta kemudian sapi kemudian kambing domba kemudian kambing kacang/jawa kemudian patungan/urunan orang banyak dalam seekor unta kemudian patungan orang banyak dalam seekor sapi) karena kenikmatan daging masing-masing ternak diatas lebih nikmat dibanding dengan daging ternak setelahnya.
7 ekor kambing domba lebih utama daripada 7 ekor kambing jawa, 7 ekor kambing jawa lebih utama ketimbang seekor unta karena semakin terdapatnya pendekatan dengan Sang Khaliq dengan banyaknya darah yang dialirkan dari ternak.
Warna ternak yang lebih utama adalah putih, kemudian putih semu, kemudian binatang yang sebagian warnanya putih dan sebagiannya hitam kemudian binatang yang berwarna hitam kemudian yang berwarna merah, hanya saja menurut al- Mawardi binatang yang berwarna merah justru urutannya lebih utama ketimbang binatang yang sebagian warnanya putih dan sebagiannya hitam.
Ngaji Bersama Gus Arifin 5
Keutamaan tersebut dikatakan (oleh ulama) karena mengandung nilai ibadah, dikatakan sekedar keindahan dipandang mata, dikatakan karena mempengaruhi kenikmatan dagingnya. [ Minhaj al-Qawîm I/266-267 ].
اما الاحكام( ففيها مسائل )احداها( البدنة افضل من البقرة والبقرة أفضل من الشاة والضأن افضل من المعز فجذعة الضأن افضل من ثنية المعز لما ذكره المصنف وهذا كله متفق عليه عندنا )الثانية( التضحية بشاة أفضل من المشاركة بسبع بدنة أو بسبع بقرة بالاتفاق لما ذكره المصنف وسبع من الغنم أفضل من بدنة أو بقرة على أصح الوجه􏰯 لك􏰲ة اراقة الدم )والثا􏰳( أن البدنة أو البقرة أفضل لك􏰲ة اللحم
Sedang dalam hukum-hukum berqurban terdapat beberapa masalah bahasan
1. Urutan keutamaan jenis ternak : • Unta
• Sapi
• Kambing domba • Kambing kacang
Karenanya kambing domba umur setahun lebih utama ketimbang kambing jawa umur dua tahun (ulama sepakat)
2. Berqurban dengan seekor kambing lebih utama ketimbang bersekutu bersama 7 orang dalam berqurban seekor unta ataupun sapi (ulama sepakat), dan 7 ekor kambing lebih utama ketimbang seekor unta ataupun sapi karena lebih banyaknya darah ternak yang teralirkan (menurut pendapat yang paling shahih) sedang pendapat lainnya menyatakan lebih utama unta atau sapi dengan menimbang semakin banyaknya daging. [ Al-Majmû’ ala Syarh al-Muhadzdzab VIII/396 ].
6.Kuantitas Hewan
Kuantitas hewan untuk pequrban telah ditentukan sebagaimana petunjuk hadîts Nabi  sebagai berikut :
 Seekor unta, sapi atau kerbau berlaku untuk 7 (tujuh) orang, berdasarkan hadîts Nabi  yang dikatakan Jâbir bin Abdullâh dari kaum Ansar.
 Satu ekor domba atau kambing untuk satu orang di-qiyaskan kepada denda/dam meninggalkan wajib haji. Seekor kambing tidak cukup untuk 2 orang atau lebih dan 1 sapi (atau onta) tidak cukup untuk lebih dari 7 orang. Adapun Ibarah :
Onta dan sapi masing-masing untuk 7 orang. Sedangkan kambing cukup untuk satu orang dan yang memiliki keluarga maka kesemuanya mendapatkan kesunnahan. Demikian juga masing-masing dari 7 orang. Qurban itu sunnah kifayah bagi yang berkeluarga. Dan sunnah ‘ain bagi yang tidak memiliki keluarga. (Hasyiyah Qalyubî wa ‘Amirah 16/ 95)
Hal tersebut menunjukkan bahwabagi yang tidak mempunyai keluarga, berqurban adalah sunnah aini sedangkan bagi yang mempunyai keluarga, berqurban adalah sunnah kifayah, bila salah satu dari mereka berqurban, maka
و ا ل ْ ب ِ ع ُ ير و ا ل ْ ب ق َ ر ُ ة ( 􏰂 􏰃 ي ُ 􏰴كل ِ م ْ نه م ا ُ ْ يج ِ ز ُ ئ ) َ ع ن س 􏰎 ب ع ٍ ة و ا ل 􏰄 ش ا ُ ة ( ُ ْ تج ِ ز ُ ئ ) َ ع ن و ا ِ 􏰥 ٍ د ( ، و َ م ن َ كا ن َ ُ 􏰜 􏰂 􏰃 ْ ه ُ ل
ٍََ ََََ َُُِِِْ ٍََََََُُِِْْ ٍَََََُُُِِِِْْ ب􏰵ْت حصل ْت الس􏰎نة لجميعهِم، وكذا يقال ِفي ِّكل وا􏰥د من الس􏰎بعة فالت􏰄 ْضحية س􏰎نة كفاية، 􏰡 ِّكل
􏰂ٍَََ􏰂􏰔􏰄ََََُُِْْ􏰂ٍَُ ْ􏰄َْ َُ􏰄َ
􏰃 ْه ِل ب􏰵ْت 􏰃ي وس􏰎نة 􏰚َ ٍين لمن ل ْ􏰵س ُ􏰜 􏰃 ْهل ب􏰵ْت ََُْ􏰄َََْ
Ngaji Bersama Gus Arifin 6
gugur sunnah ‘aini-nya (gugurnya tuntutan melakukan sunnah qurban), yaitu tuntutan kesunahannya saja yang gugur.
Pemahaman ini diperkuat oleh keterangan dari Kitab Hasyiyah Jamal 22/146:
َوال ُّس َّن ِة لِلْ ُك ِّل ِ􏰶َ ْع َنى أَن َّ ُه يَ ْس ُق ُط الط َّلَ ُب َع ْن ُه ْم َلا أَن َّ ُه يَ ْح ُص ُل لَ ُه ْم الث َّ َوا ُب الْ ُم ْس َتلْ ِز ُم لِ َك ْونِ َها ِف َدا ًء َع ْن ا ل َّن ْف ِس َو إ ِ َّ􏰷 َ ا ُه َو ل ِ ل ْ ُم َض ِّح ي َخ ا َّص ًة
Sunnah bagi semuanya bermakna gugur tuntutan (sunnah berqurban) dari mereka (sekeluarga), tidak berarti mereka mendapatkan pahala yang tetap sebagai penebus jiwa yang itu khusus hanya bagi yang berqurban saja.
Namun menurut Imam Ramlî semua keluarganya sama-sama dapat pahala. :
.)قوله فإذا أ􏰸 بها واحد من أهل بيت ( أى بحيث يكونون في نفقة واحدة و قوله كفى عن جميعهم أى في سقوط الطلب فقط و إلا فثوابها خاص بالفاعل و في كلام الرملى ما يقتضى حصول الثواب للجميع فراجعه. الباجوري ٢٩٦/٢
Dengan kata lain Satu orang yang qurban dalam sebuah keluarga berarti itu telah mencukupi untuk satu keluarga dalam arti telah menggugurkan kesunahan qurban dari keluarganya, di samping juga semua keluarga akan dapat pahala qurban (itu dinamakan sunah ‘alal kifayah pada bab qurban) menurut pendapat Imam Ramlî. (Al Bâjûrî 6/296)
لو اشترك أك􏰲 من سبعة في بقرت􏰯 مشاعت􏰯 أو بدنت􏰯 كذلك 􏰮 يجز عنهم ذلك لأن كل واحد 􏰮 يخصه سبع بدنة أو بقرة من كل واحدة من ذلك)الإقناع للشربيني – )ج 2 / ص 589(
Jika lebih dari 7 orang bersama-sama/berserikat (mengorbankan) dua ekor sapi musya’ah atau badanah dan sebagainya, maka hal itu tidak diperbolehkan (tidak mencukupi), karena masing-masing tidak menentukan seekor badanah atau seekor sapi dari masing-masing tujuh orang itu… (Al Iqnâ’ li Syarbînî .)2/589
Maka bila Siswa siswa (lebih dari tujuh orang) urunan untuk membeli hewan Qurban maka tidak dianggap sebagai qurban, tapi sebagai Shadaqah saja.
7.Wakalah Dalam Ibadah Qurban
Ibadah Qurban merupakan salah satu ibadah yang pelaksanaannya tidak harus oleh pihak yang berqurban (mudlahhi), tetapi boleh diwakilkan kepada pihak kedua baik perseorangan maupun beberapa orang yang terkordinir (panitia).
ويستثنى من ذلك الحج وذبح الأضاحى وتفرقة الزكاة )كفاية الأخيار جز اول ص : 284(
Dikecualikan dari hukum diatas (tidak bisa diwakilkan) adalah ibadah haji, menyembelih qurban dan membagikan zakat. (Kifâyatul Akhyâr, 1/284)
7.1.Panitia adalah Wakil Mudlahhi
Panitia Qurban adalah sekelompok orang-orang tertentu yang pada umumnya dipersiapkan oleh suatu organisasi (ta’mir masjid, mushalla, instansi dan lain-lain) guna menerima kepercayaan (amanat) dari pihak mudlahhi (yang berqorban) agar melaksanakan penyembelihan hewan qurban dan membagikan dagingnya.
Dalam pandangan fiqh, panitia adalah wakil dari pihak mudlahhi.
وفي الشرع تَ ْفويِض َشخص َش َيأ له فَ ِعلُه م􏰱 ُيقبِ ُل ال ِنيابَة الى غ􏰹ه ليفعله حال َحياتَه )هامش حاشية الباجورى جز 1 ص : 386(
Ngaji Bersama Gus Arifin 7
Wakalah menurut syara’ adalah penyerahan oleh seseorang tentang sesuatu yang boleh ia kerjakan sendiri dari urusan-urusan yang bisa digantikan (pihak lain), kepada pihak lain agar dikerjakannya diwaktu pihak pertama masih hidup (Al Bâjûrî, 1/386)
)والوكي ُل ام􏰯 ( لانه نائب عن الموكِل في اليد والتصرف فكانت يده كيده
)حاشية الجمل جز 3 ص : 416(
Wakil adalah pengemban amanah, karena ia sebagai pengganti muwakkil (yang mewakilkan) dalam kekuasaan dan tasharruf, jadi kekuasannya seperti kekuasaan pihak muwakkil
7.2.Cara Penyerahan Qurban Kepada Panitia
7.2.1. Penyerahan Berupa Hewan Qurban
Mudlahhi menyerahkan hewan qurban kepada panitia (wakil) harus dengan pernyataan yang jelas dalam hal status qubannya (sunat / wajib) maupun urusan yang diserahkannya (menyembelih saja atau dan juga membagikan dagingnya) pada pihak ketiga.
أركانها اربعة موكل ووكيل وموكل فيه وصيغة ويكفى فيها اللفظ من احده􏰱 وعدم الرد من
الأخر )الباجورى جز 1 ص, 296 (
Rukun wakalah ada empat : (1) Muwakkil (2) Wakil (3) Muwakkal fih dan (4) shighat. Dan sudah mencukupi dalam shighat ini pernyataan dari salah satu pihak dan tidak ada penolakan dari pihak yang lain. (Al Bâjûrî, 1/296)
Qurban sebagai ibadah memerlukan niat baik oleh pihak mudlahhi sendiri atau diserahkannya kepada wakilnya, kecuali qurban nadzar maka tidak ada syarat niat.
ولا يشترط فى المعينة ابتداء بالنذر النية بخلاف المتطوع بها والواجبة بالجعل او بالتعي􏰯 ع􏰱 فى الذمة فيشترط له نية عند الذبح او عند التعي􏰯 لما يضحى به كالنية فى الزكاة وله تفويضها لمسلم مميز وان 􏰮 يوكله فى الذبح (الباجرى جز 2 ص : 296(
Tidak disyaratkan niat dalam qurban yang telah ditentukan sejak permulaan dengan jalan nadzar. Beda halnya dengan qurban sunat dan qurban wajib dengan jalan ja’li (menjadikan) atau ta’yin (menentukan) dari apa yang dalam tanggungannya, maka disyaratkan niat ketika menyembelih atau menentukan hewan qurbannya sebagaimana niat dalam ibadah zakat. Boleh juga niat diserahkan kepada seorang muslim yang sudah tamyiz sekalipun ia tidak dijadikan wakil dalam menyembelih. (Al Bâjûrî, 1/296)
7.2.2. Penyerahan Berupa Uang Seharga Hewan Ternak
Dalam hal menurut pandangan ulama adalah boleh sebagaimana dijelaskan dalam kitab I’ânah al-Thalibîn 2/335 :
في فتاوي العلامة الشيخ محمد بن سلي􏰱ن الكردي محشي شرح ابن حجر على المختصر ما نصه سئل رحمه الله تعالى جرت عادة أهل بلد جاوى على توكيل من يشتري لهم النعم في مكة للعقيقة أو الأضحية ويذبحه في مكة والحال أن من يعق أو يضحي عنه في بلد جاوى فهل يصح ذلك أولا ?. أفتونا الجواب نعم يصح ذلك ويجوز التوكيل في شراء الأضحية والعقيقة وفي ذبحها
ولوبغ􏰹 بلد المضحي والعاق )إعانة الطالب􏰯 ج: 2 ص: 335(
Dalam kitab Fatawa Syekh Sulaiman al-Kurdî Muhasyyi Syarah Ibni Hajar ‘ala al- Mukhtashar terdapat suatu pertanyaan : Ditanyakan kepada beliau “Telah berlaku
Ngaji Bersama Gus Arifin 8
kebiasaan penduduk Jawa mewakilkan kepada seseorang agar membelikan ternak untuk mereka di Makkah sebagai aqiqah atau qurban dan agar menyembelihnya di Makkah, sementara orang yang di aqiqahi atau qurbani berada di Jawa. Apakah hal demikian itu sah atau tidak ? Mohon diberikan fatwa jawabannya ! “. Ya, demikian itu sah. Diperbolehkan mewakilkan dalam pembelian hewan qurban dan aqiqah dan juga penyembelihnya sekalipun tidak dilaksankan di negara orang yang berqurban atau beraqiqah.
penyerahan mudhahhi menyerahkan uang kepada panitia, maka panitia wajib menentukan/meniatkan ternak yang telah dibelinya dengan mengatasnamakan orang yang telah memberi kuasa kepadanya.
(boleh menggunakan form A atau B, terlampir).
7.2.3.Tugas Panitia Qurban
Tugas pokok panitia adalah menyembelih dan membagikan dagingnya kepada pihak yang berhak sesuai dengan pernyataan pihak mudlahhi saat penyerahan hewan qurban dan pihak wakil/panitia sedikitpun tidak diperkenankan melanggar amanah.
ولا􏰺لك الوكيل من التصرف الا ما يقتضيه اذن الموكل من جهة النطق او من جهة العرف
)المهذبجز1ص:350(
Tidak berkuasa seorang wakil dari urusan tasharuf melainkan sebatas izin yang didapat dari muwakkil melalui jalan ucapan atau adat yang berlaku. (Al Muhadzdzab 1/350)
Panitia harus memisahkan daging qurban Sunnah dan mana qurban nadzar/wajib, jangan sampai dagingnya (qurban wajib) termakan oleh orang yang bernadzar, orang-orang yang wajib ditanggung nafkahnya dan juga panitia sendiri.
ولا يأكل المضحى شيأ من الأضحية المنذورة )قوله ولا يأكل( اى لايجوزله الأكل فان أكل شيأ
غرمه )قوله المضحى ( وكذا من تلزمه نفقته ) ألباجورى جز 2 ص : 300(
Pihak yang berqurban tidak boleh memakan sedikitpun dari qurban yang dinadzarkan. Yakni ia tidak boleh memakannya, lalu jika memakannya sedikit saja maka wajib mengganti. Seperti halnya pihak mudhahhi adalah orang-orang yang wajib ditanggung nafkahnya. (Al Bâjûrî, 2/300)
)ويحرم الاكل الخ ( الى ان قال فيجب عليه التصدق بجميعها حتى قرنها وظلفها ) اهـ اعانة الطالب􏰯 ج : 2 ص : 333(
(Haram memakan dst) sampai ungkapan: maka wajib atas mudhahhi mensedekahkan seluruh qurbannya hingga tanduk dan kakinya.( kitab I’ânah al- Thalibîn 2/333)
Oleh sebab itu, panitia harus memilah antara qurban sunnah dan qurban wajib, agar tidak terjadi tercampur antara keduanya. Bila pemilahan antara qurban sunnah dan nadzar/wajib mengalami kesulitan, maka dianggap cukup dengan cara memisahkan daging seukuran qurban nadzar/wajib dari daging yang ada, kemudian mensedekahkan sisanya kepada selain yang bernadzar/berqurban wajib dan orang- orang yang wajib ditanggung nafkahnya.
افتى النووى كابن الصلاح فيمن غصب نحو نقد او بر وخلطه 􏰶اله و􏰮 يتميز بان له افراز قدر
المغصوب ويحل له التصرف فى الباقى )فتح المع􏰯 هامش الاعانة ج : 1 ص : 127(
Imam Nawawî berfatwa sebagaimana Imam Ibnu Shalah tentang seseorang yang ghashab semisal uang (dinar/dirham) atau biji gandum dan mencampurkannya
Ngaji Bersama Gus Arifin 9
dengan harta miliknya dan tidak dapat membedakannya bahwa baginya boleh memisahkan seukuran barang dighashabnya dan halal baginya mentasarufkan sisanya. (kitab Fath al Mu’în Hâmsy Al I’ânah 1/127)
8.WAKTU PENYEMBELIHAN
Waktu penyembelihan: dari terbitnya matahari tanggal 10 Dzulhijjah ditambah seukuran waktu untuk shalât dua raka’at beserta khutbahnya dan berakhir dengan terbenamnya matahari akhir hari Tasyrîq (tanggal 13 Dzulhijjah). Sebagaimana hadîts riwayat Ibn Hibbân :
ُ 􏰔كل 􏰂 􏰃 􏰄 􏰇 ِ م 􏰛 َ ْ ِشر ي ْ ٍ ق َ ذ ب ْ ٌ ح — ر و ا ه 􏰨 ن ح 􏰘 ا ن
Semua hari-hari tasyrîq adalah waktu yang diperbolehkan untuk menyembelih Qurban.
Waktu yang paling afdhal adalah setelah shalât hari raya. Sebagaimana dalam shahîh Imam Bukhârî:
ُُِِّ َ 􏰂􏰃ول َما نَب َد 􏰼􏰃 ِبه ِفي يوم􏰍َا َه َذا 􏰂􏰃ن نُص ِلي 􏰄ثم 􏰻ر ِجع فَ􏰍َنحر فَمن فَع َل َه َذا فَقَ ْد 􏰃􏰂صاب س􏰎ن􏰄􏰊َ􏰍َا ومن َنحر قَ􏰘 َل
􏰄َِ ْ ََِْ ِ􏰂ََََِِِْْ􏰔ٍَََََِْْ ََُ ََْ َْ
.ذ َ􏰗 فَان􏰄ما ُهو لحم يقَ ّد ُم ُه 􏰌 ْه􏰾 ل􏰵ْس من ال􏰽سك ِفي َشيء 􏰙ٌَََُُْْْ
Pertama kali yang kita lakukan di hari raya Idul Adha adalah shalât Ied kemudian pulang dan menyembelih qurban , Maka barang siapa yang mengerjakan ini (setelah masuk waktunya) benar-benar sesuai dengan syari’atku. Dan barang siapa menyembelih sebelum masuk waktunya, maka (sembelihannya) hanyalah daging yang disajikan untuk keluarga dan bukan termasuk qurban “ (H.R. Bukhârî).
Waktu Penyembelihan Hewan Qurban menurut 4 Madzhab
Hanafî
Mâlikî
Syâfi’î
Hanbalî
3 (tiga) hari:
10 Dzulhijjah (ba’da Shalât Idul Adha) – 12 Dzulhijjah.Pendapat ini disandarkan pada tiga orang sahabat Nabi , yaitu Umar bin al- Khattab, Ali bin Abi Thalib, dan Ibnu رضي الله عنهم Abbas
3 (tiga) hari:
10 Dzulhijjah (ba’da Shalât Idul Adha) – 12 Dzulhijjah.
4 (empat) hari:
10 Dzulhijjah (ba’da Shalât Idul Adha) dan hari Tasyrîq (11,12,13 Dzulhijjah).
3 (tiga) hari:
10 Dzulhijjah (ba’da Shalât Idul Adha) – 12 Dzulhijjah.
9.Apa itu Hari Tasyrîq ?
Secara bahasa, tasyrîq artinya Menjemur sesuatu.
ِ􏰔ُُِِِْ 􏰂ل􏰊􏰄ْ ع لُفقَ ََ􏰂 ل قَُسمََِْ􏰂
􏰃􏰇م ا ِشرـيق – نـ َد ا􏰿لغَـ ِوِيين وا هَـاء – ثلاثـة 􏰃􏰇م بعـ َد يـوم انحـ ِر ، 􏱀ـل : ّيـت ِبـذ􏰗 􏰌ن لحـوم 􏰄􏰂ُُِِِْ􏰂َََِّ ِ 􏰄ٍََِْْ􏰄ْ َ 􏰄َُ
ا 􏰌 َض ا 􏰬 􏰛 َشر ُق ف يه ا ، 􏰃 ْي ت ُ ق 􏰄د ُد في ا ل 􏰄ش م س ِّ􏰄َ ْ
Menurut ahli bahasa dan ahli fiqh adalah tiga hari setelah hari raya idhul adha (nahar) (yaitu 11,12 dan 13 Dzulhijjah). Dikatakan, dinamakan Tasyrîq karena di hari-hari tersebut daging-daging qurban didendeng (dipanaskan di bawah terik matahari). [Mausû’ah fiqhiyyah Kuwait]
Imam Mawardî berkata:
وأيام التشريق هي الحادي عشر والثا􏰳 عشر والثالث عشر في تسميتها بذلك تأويلان: أحده􏰱 : أنها سميت بذلك لإشراقها نهارا بنور الشمس وإشراقها ليلا بنور القمر .
Ngaji Bersama Gus Arifin 10
والثا􏰳 : أنها سميت بذلك ؛ لأن الناس يشرقون اللحم فيها في الشمس . )الحاوي الكب􏰹 في فقه مذهب الإمام الشافعي( Hari-hari tasyrîq adalah tanggal 11, 12, dan 13 di bulan Dzulhijjah. Dalam penamaan
ini terdapat dua ta’wil.
Pertama, dinamakan tasyrîq karena pada hari-hari tersebut matahari bersinar terang (Isyrâq) di siang harinya dan di malam harinya rembulan bersinar terang (Isyrâq).
Kedua, dinamakan tasyrîq karena pada hari-hari tersebut kaum Muslimin menjemur (tasyrîq) daging qurban di bawah terik matahari. [Al-Hâwî Al-Kabîr, ]4/194
Nabi  bersabda:
َُِِْْ 􏰙ا􏰄ن􏰂􏰃ْعَظَما􏰂􏰌􏰄􏰇ِمعْنَدا􏰄􏰒تََباَرَكَوتََعالىيَْوُمالن􏰄ْحِر 􏰄ثميَْوُمالقَِّر
“Sesungguhnya hari yang paling mulia di sisi Allâh ta’âlâ adalah hari Idul Adha dan Yaumul qarr.” [HR. Ahmad]
Yang dimaksud yaumul qarr adalah hari tasyrîq pertama atau tanggal 11 Dzul hijjah. Abu Ubaid berkata:
وإ􏰷ا سمي يوم القر : لأن أهل الموسم يوم التروية ويوم عرفة ويوم النحر في تعب من الحج ، فإذا كان الغد من يوم النحر قروا 􏰶نى ؛ فلهذا سمي يوم القر ،
Dinamakan dengan Yaumul Qarr, (hari menetap) karena para jamaah haji pada hari Tarwiyah, arafah dan hari nahar mereka kelelahan dari manasik haji yang dilakukan, maka keesokan harinya setelah hari raya Idul adha, mereka menetap di Mina.
ويسمى اليوم الثا􏰳 من أيام التشريق يوم النفر الأول ويسمى اليوم الثالث يوم الخلاء ؛ لأن منى
تخلو فيه من أهلها .
Hari tasyrîq kedua (Tanggal 12 Dzulhijjah) disebut dengan hari nafar awwal (rombongan pertama). Dinamakan demikian karena Jamaah haji yang melakukan nafar awwal meninggalkan Mina lebih awal, Maksimal sebelum maghrib tanggal 12 Dzulhijah).
Hari tasyrîq ketiga (Tanggal 13 Dzulhijjah) disebut dengan yaumul Khala’ (hari sepi atau kosong) karena mina mulai sepi setelah ditinggal jamaah haji. [Al-Hâwî Al-Kabir]
Hari Tasyrîq adalah hari dimana kita dilarang puasa mengingat hari-hari tasyrîq merupakan hari raya, hari berbahagia karena padanya terdapat qurban dan hari untuk makan daging qurban. Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir , Nabi  bersabda :
ي و م َ ع ر ف َ َ ة و ي و م ا ل ن ح ِ ر و 􏰂 􏰃 􏰇 م ا ل 􏰊 􏰄 ْ ِشر ي ق ِ ع ي ُ د َ 􏰅 􏰂 􏰃 ْ ه َ ل ا ْ لا س َ لا م و ِ هي 􏰂 􏰃 􏰇 م 􏰂 􏰃 ْ ٍكل و ُ شر ٍ ب ََََُُْْ􏰄َْ􏰄ُ ِ 􏰙ََِْ􏰄ُ َْ
“Hari Arafah (untuk jamaah haji), hari Idul Adha, dan hari-hari Tasyrîq adalah hari raya kami, kaum muslimin. Hari tersebut (Idul Adha dan hari Tasyrîq) adalah hari menikmati makan dan minum.” [HR Abu Daud]
Diharamkan berpuasa di hari-hari tersebut karena hari-hari tersebut masih satu rangkaian dengan hari raya idhul adha, dan disebutkan dalam hadîts, hari-hari tersebut adalah hari-hari makan dan minum.
Ngaji Bersama Gus Arifin 11
َََِِ􏰄َِ􏰄
َ ع ن ا 􏰨 ن ك ع ِب 􏰨 ن َ م ا ِ ٍ􏰗 َ ع ن 􏰂 􏰃 ِ ب ي ه ك ع ِب 􏰨 ن َ م ا ِ ٍ􏰗 􏰃 􏰂 ن 􏰄 ُ ه 􏰥 􏰄 د َ ُ 􏱁 􏰟 􏰂 ن ر س و ل ا 􏰄 􏰒 ص لى ا 􏰄 ُ􏰒 􏰚 َ ل ي ه و س لم ب ع ث َ ُ ه و 􏰂 􏰃 و س
َِْْْْْ􏰂ِ􏰄َْْ􏰂َِْ ََْ􏰄􏰄َُِ􏰂􏰄َ 􏰂􏰂ََََََُْْْ
􏰨نال􏰩َد􏰏ِنِفي􏰃􏰇مال􏰊ِْشريقف􏰍َاَد􏰇􏰃نلايْدُ􏰖َلالجنةالاُمْؤمٌنو􏰃􏰇مال􏰊ِْشريق􏰃􏰇م􏰃 ٍكلوُشرٍب َُْ􏰄َََِِْ􏰄􏰙َ􏰄ُِ􏰄َُْ
Dari Ibnu Ka’ab bin Mâlik  dari Bapaknya menceritakannya Rasûlullâh  mengutusnya ersama Uwais bin Al Hadatsan pada Hari Tasyrîq, lalu keduanya menyerukan bahwa tidak akan masuk surga kecuali orang mukmin dan Hari Tasyrîq adalah hari makan dan minum. [HR. Ahmad]
Waktu penyembelihan hewan qurban diperpanjang sampai akhir hari tasyrîq, Nabi
 bersabda:
Semua hari tasyrîq adalah waktu penyembelihan (hewan qurban) [HR. Ahmad]
Menerangkan larangan puasa ini, Sayyid bakri berkata:
يَ ْحرُ ُم ال َص ْو َم أي ولا يَ ْن َع ِق ُد في أيام التشريق وهي ثلاثة أيام بعد يوم النحر والعيدين
Haram hukumnya berpuasa (dan tidak sah puasanya) pada hari-hari tasyrîq yaitu tiga hari setelah hari raya idul adha dan Haram juga berpuasa pada dua hari raya. [I’ânatuth Thâlibîn]
Bahkan tidak sah berpuasa pada hari tasyrîq meskipun puasa tersebut berupa puasa nadzar. Pendapat dalam madzhab Mâlikî, Syâfi’î dan Hanbalî adalah:
ومن نذر صوم سن ٍة 􏰮 يدخل في نذره أ ّيام ال ّتشريق ، وأفطر ولا قضاء عليه ، لأ ّنه مستح ّق للفطر
ولا يتناولها ال ّنذر.
Siapa yang nadzar untuk berpuasa sepanjang tahun maka pada hari-hari tasyrîq tidak termasuk dalam nadzarnya. Ia berbuka dan tidak wajib mengqadla’inya karena hari tasyrîq adalah hari berbuka dan tidak tercakup dalam nadzar. [Al- Mawsû’ah Al-Fiqhîyyah al-Kuwaitiyyah].
ولو صام وجاء يوم الفطر أو النحر أو أيام التشريق فإن صيامه يبطل
Bila seseorang puasa dan tiba di tengah puasanya hari Id fitri, Id adha atau hari-hari tasyrîq maka puasanya batal. [Al-Fiqh alâ Madzâhib al-Arbaah, IV/238].
Di kalangan ulama Syâfi’îyah tidak membolehkan puasa pada hari-hari Tasyrîq meskipun karena nadzar. Imam Ahmad (Hanbalî) membolehkannya tapi jelek menjalani nadzarnya, Imam Mâlikî membolehkan di hari ketiga dari hari tasyrîq (tanggal 13 Dzulhijjah).
Cabang-cabang masalah Puasa pada hari Tasyrîq menurut 4 madzhab:
ُ 􏰔كل 􏰂 􏰃 􏰄 􏰇 ِ م ا ل 􏰊 􏰄 ْ ِشر ي ِ ق َ ذ ب ْ ٌ ح
/Hanafî الحنـــفي
/Mâlikî المالكـــي
/Syâfi’î الشافعـــي
Hanbalî/
الحنبلـــي
Boleh Puasa Nadzar dan Puasa Nadzar-nya sah pada hari-hari tersebut, namun lebih baik ia berbuka dan berpuasa pada hari- hari lainnya
Boleh di hari ketiga dari hari tasyrîq (tanggal 13 Dzulhijjah).
Qaul jadîd: Haram berpuasa (termasuk puasa Nadzar) sesuai sabda Nabi :
) ن􏱄􏱃 عن صيام􏱂ما (
Naha ‘an shiyamiha (ayyami at tasyrîq).
Qaul qadîm: Boleh berpuasa bagi orang yang tidak mendapatkan daging qurban, tapi jika selain itu maka haram puasa hari-hari tasyrîq
Boleh puasa Nadzar, tapi jelek atau makruh menjalani puasa nadzarnya
Ngaji Bersama Gus Arifin 12
Amalan yang dianjurkan pada hari Tasyrîq
Pada hari tasyrîq kita dianjurkan untuk memperbanyak dzikir dengan melantunkan kalimat takbir (Muqayyad), tahlil, dan tahmid selepas shalaٍt fardhu. 􏰂 ُ ْ
َ و ا ذ ك ُ ر و ا ا 􏰄 َ􏰒 ِ في 􏰃 􏰄 􏰇 ٍ م َ م ْ ع ُ د و َ د ا ت
“Ingatlah Allâh di hari-hari yang terbilang.” [QS Al-Baqarah: 203].
Yang dimaksud dengan “hari-hari yang terbilang” adalah tiga hari setelah Idul Adha, yaitu hari-hari tasyrîq (11-13 Dzulhijjah). Ini merupakan pendapat Ibnu Umar dan mayoritas ulama. Sementara Ibnu Abbâs dan Athâ’ berpendapat bahwa “hari-hari yang terbilang” jumlahnya empat hari; Idul Adha dan tiga hari setelahnya. [Lathâiful Ma’ârif]
Disamping berdzikir, juga dianjurkan untuk memperbanyak doa kepada Allâh. Ziyâd Al-Jasshash meriwayatkan dari Abu Kinânah al-Qurasyi, bahwa beliau mendengar Abu Mûsâ al-Asy’ârî berceramah dalam khutbahnya ketika Idul Adha:
بعد يوم النحر ثلاثة أيام التي ذكر الله الأيام المعدودات لا يرد فيهن الدعاء فارفعوا رغبتكم إلى
اللهعزوجل
Setelah hari raya qurban ada tiga hari, dimana Allâh menyebutnya sebagai al- Ayyâm al-Ma’dûdat (hari-hari yang terbilang), doa pada hari-hari ini, tidak akan ditolak. Karena itu, perbesarlah harapan kalian. [Lathâiful Ma’ârif]
Ikrîmah (murid Ibn Abbâs) mengatakan:
كان يستحب أن يقال في أيام التشريق : َرب َّنَا آتِ َنا ِفي ال ُّدنْ َيا َح َس َن ًة َو ِفي ا ْلآ ِخرَ ِة َح َس َن ًة َوقِ َنا َع َذا َب
ال َّنا ِر
Dianjurkan untuk dibaca pada hari-hari tasyrîq: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka. [Lathâiful Ma’ârif]
Sayyidina Alî , menerangkan maksud doa ini,
الحسنة في الدنيا المرأة الصالحة ، وفي الآخرة الحوراء . وعذاب النار المرأة السوء
) فتح الباري شرح صحيح البخاري » كتاب الدعوات » باب قول النبي صلى الله عليه وسلم ربنا آتنا في الدنيا حسنة( Kebaikan di dunia maksudnya adalah istri yang shalihah, dan kebaikan di akhirat adalah para bidadari sedangkan siksa neraka adalah istri yang berperangai buruk atau cerewet.
Al-Hasan Al-Bashrî memiliki pendapat lain, Ia mengatakan:
الحسنة في الدنيا العلم والعبادة ، وفي الآخرة الجنة . وقنا عذاب النار معناه احفظنا من الشهوات والذنوب والمؤدية إلى النار.
Kebaikan di dunia adalah ilmu dan ibadah. Kebaikan di akhirat adalah surga. Sedangkan maksud doa “peliharalah kami dari siksa neraka” adalah jagalah kami dari syahwat dan dosa yang menyebabkan kami masuk neraka. [Tafsir al-Baydlâwî, .]5/142
10.Anjuran Tidak Mencukur Rambut dan memotong kuku
Hadîts :
ََ􏰄َِ􏰄ََََُِِْْ
َع ن 􏰼 􏰃 م س ل م ة 􏰂 􏰃 ن ا ل ن بي ص لى ا 􏰄 ُ􏰒 􏰚 َ ل ي ه و س لم ق َ ا ل ا ذ ا َد َ􏰖 ل ْت ا ل ع ْشر و 􏰂 􏰃 ر ا َد 􏰃 􏰂 􏰥 ُد كم 􏰂 􏰃 ن ي َض ح ي ف َ لا ي م س م ن
ََِِِّْ􏰄ِ􏰄ِ􏰄َِ ََََْ 􏰙 َََََُِ َ َُّْ ََ􏰄 ْ
Ngaji Bersama Gus Arifin 13
َشَعِرهَو􏰑ََِشره َشْ􏰵􏱅ًاق􏱀َللُسْف􏱀َاَنفَ􏰙ا􏰄نبَْعَضهُْملا􏰝َْرفَُعُهقَاللكِّني􏰂􏰃ْرفَُعُه
Dari Ummu Salamah  bahwa sesungguhnya Nabi  bersabda: “Jika telah tiba sepuluh (Dzulhijjah) dan salah seorang dari kalian hendak berqurban, maka janganlah mencukur rambut atau memotong kuku sedikitpun.” Dikatakan kepada Sufyan, Sebagian orang tak memarfu’kan (hadîts ini)? Sufyan menjawab, Akan tetapi saya memarfu’kannya. [HR. Muslim No.3653].
ٌَََََََِِِِْْْ
َعن 􏰼􏰃م سلمة 􏱇رفَع ُه قَال اذا َد َ􏰖 َل الع ْشر وعن َده 􏰼􏰃ضحية 􏰝 ِري ُد 􏰂􏰃ن ي َضحي فَلا ي􏰟􏱆 ُ􏰖ذن َشعرا ولا يقلمن ُظ ُفرا
َََُِّْْ 􏰙 ََُُْ 􏰄ُ َُّْ َ􏰄ًَََْ􏰄ً
Dari Ummu Salamah  memarfu’kan, Beliau  bersabda: “Jika (Salah seorang) telah masuk sepuluh (Dzulhijjah), sedangkan ia memiliki hewan qurban yg hendak diqurbankan, maka jangan sekali-kali ia mencukur rambut atau memotong kuku.” [HR. Muslim No.3654].
Hukumnya:
Makruh tanzih, dalam arti tidak makruh jika orang tersebut tidak hendak berqurban.
􏰆ب ا ٔلاضحية هي س􏰎نة مؤكدة يندب لمن ارادها ان لا يحلق شعره ولا يقلم ظفره فى عشر ذى الح􏱈ة حتى يضحى فان ازال ش􏰎ي ٔا من ذا􏰗 􏱉ره 􏱉راهة تنزيه
Bab Qurban. Qurban itu sunnah muakkadah. Disunnahkan bagi yang hendak berqurban untuk tidak mencukur rambut dan memotong kuku di 10 hari pertama dzulhijjah sampai dengan ia memotong qurbannya. Apabila ia menghilangkan sesuatu dari rambut atau kukunya maka makruh tanzih. [ Anwarul Masalik ].
)و 􏰝كره( لمريد التضحية عن نفسه او اهداء شئ من النعم )ان 􏰝زيل ش􏰵􏱅ا من شعره او 􏱋يره( 􏱊ظفره و سا􏰓ر اجزائه الظاهرة 􏱌 ا􏰢م 􏰚لى 􏰖لاف ف􏱀ه )فى عشر ذى الح􏱈ة( و ما بعدها من ا􏰇م ال􏰊شريق ان لم يضح يوم العيد )حتى يضحى( للامر 􏰆لامساك عن ذ􏰗 في 􏰖بر مسلم. و حكمته شمول المغفرة و
العتقمنالنار. 􏰑شرىالكريم١٢٨/٢
Bukan hanya sebatas kuku dan rambut, tetapi juga bagian tubuh yang lain tangan, gigi, kumis, janggut dan lain lain. Adapun hikmah dibalik itu semua adalah agar semuanya mendapatkan ampunan dan terbebas dari api neraka. Ketentuan ini berlaku baik untuk qurban sendiri atau qurban hadiah
Imam Nawawî menjelaskan dalam Syarah Muslim :
الحاشية رقم: 1 واختلف العل􏰱ء فيمن دخلت عليه عشر ذي الحجة وأراد أن يضحي ، فقال سعيد بن المسيب ، وربيعة ، وأحمد ، وإسحاق ، وداود وبعض أصحاب الشافعي : إنه يحرم عليه أخذ شيء من شعره وأظفاره حتى يضحي في وقت الأضحية ، وقال الشافعي وأصحابه : هو مكروه كراهة تنزيه وليس بحرام ، وقال أبو حنيفة : لا يكره ، وقال مالك في رواية : لا يكره ، وفي رواية : يكره ، وفي رواية : يحرم في التطوع دون الواجب ، واحتج من حرم بهذه الأحاديث ، واحتج الشافعي والآخرون بحديث عائشة -رضي الله عنها – ” قالت : كنت أفتل قلائد هدي رسول الله صلى الله عليه وسلم ثم يقلده ، ويبعث به ولا يحرم عليه شيء أحله الله حتى ينحر هديه ” رواه البخاري ومسلم.
Ngaji Bersama Gus Arifin 14
قال الشافعي : البعث بالهدي أك􏰲 من إرادة التضحية ، فدل على أنه لا يحرم ذلك وحمل أحاديث النهي على كراهة التنزيه. قال أصحابنا : والحكمة في النهي أن يبقى كامل الأجزاء ليعتق من النار ، وقيل : التشبه بالمحرم ، قال أصحابنا : هذا غلط ؛ لأنه لا يعتزل النساء ولا يترك الطيب واللباس وغ􏰹 ذلك م􏰱 يتركه المحرم.
Para Ulama berbeda pendapat tentang orang yang memasuki tanggal 10 bulan Dzulhijjah dan ingin berqurban. Sa’id bin Musayyab, Rabi’ah, Ahmad, Ishaq, Daud dan sebagian sahabat-sahabat Syâfi’î berpendapat Haram atasnya sesuatu dari rambut dan kukunya sehingga datang waktu berqurban.
Imam Syâfi’î dan Sahabat-sahabatnya berpendapat hal itu dimakruhkan dengan makruh tanzih tidak sampai haram.
Abu Hanifah (Hanafî) berpendapat tidak makruh.
Imam Mâlik dalam salah satu riwayat berpendapat tidak makruh. Tetapi dalam riwayat lain berpendapat makruh. Dan dalam salah satu riwayat berpendapat haram dalam Qurban sunnah dan tidak haram dalam qurban wajib.
Imam Syâfi’î dan yang lainnya berargumentasi dengan Hadîts ‘Âisyah رضي الله عنها beliau berkata: ‘Âisyah رضي الله عنها berkata:
كنت ٔ􏰃ف􏰕ل قلائد هدي رسول الله صلى الله 􏰚ليه وسلم ثم يق􏱍ه ، ويبعث به ولا يحرم 􏰚ليه شيء ٔ􏰃􏰥􏰾 الله حتى ينحر هديه
“Aku mengikatkan tali pada hewan qurban Rasûlullâh  kemudian Rasûlullâh  mengikatnya kembali dengan tangan Beliau lalu mengirimnya . Maka sejak itu tidak ada yang diharamkan lagi bagi Rasûlullâh  dari apa-apa yang Allâh halalkan hingga hewan qurban disembelih” diriwayatkan oleh Bukhârî dan Muslim.
Imam Syâfi’î berkata: Mengirim hewan Qurban lebih banyak dari pada ingin berqurban, maka ini menunjukan bahwa hal itu tidak diharamkan dan hadîts-hadîts larangan membawa pengertian makruh tanzih.
Sahabat-sahabatku berkata: “hikmah dalam larangan itu adalah supaya semua anggota badan tetap dibebaskan dari Neraka, dan dikatakan: “ serupa dengan orang yang ihram.” Sahabat-sahabatku berkata : pendapat ini salah (karena orang yang berqurban) tidak menghindari istri, tidak meninggalkan wewangian, pakaian dan yang lainnya berupa laranga-larangan ihram.
11.Orang Non Muslim ikut urunan Hewan Qurban, sah atau tidak Hewan qurban bagi yang muslim
Ketika ada orang kafir yang ikut urunan qurban sapi, dia tidak dinilai sebagai qurban. Sehingga keterlibatannya dalam urunan, hanya dinilai sebagai orang yang urunan karena ingin mendapatkan dagingnya. Sehingga dalam satu ekor sapi itu, ada yang urunan untuk berqurban dan ada yang urunan untuk mendapatkan daging.
Ulama berbeda pendapat mengenai status sapi ini, apakah sah digunakan untuk berqurban ataukah tidak. Untuk menentukan pendapat yang lebih kuat, mari kita simak beberapa penjelasan berikut:
Syekh Al-Qalyubî dalam kitab Hasyiyah-nya menjelaskan;
َُ ٍَََُ ٍَ􏰂َ􏰄ِ ٍ􏰂ٍَ َُ􏰔 ٍَِ􏰂 􏰼ٍِْ وتجو ُز ُم َشاركة جما􏰚َة س􏰎بعة ف􏰟قل في ب َدنَة 􏰃و بقرة سواء كان كلهُم َعن َعق􏱀قة 􏰃و بع ُضهُم َعن 􏰃ضحية
ٌَََََََََََْْْْْْْْ􏰄

“Dan diperbolehkan patungan atau urunan yang dilakukan oleh 7 orang atau lebih sedikit dengan seekor unta atau sapi, baik semuanya niatnya untuk aqiqah atau sebagian diantara mereka ada yang niat berqurban.”
Ibnu Qudamah – ulama Hanbalî –, beliau mengatakan,
وجملته ٔ􏰃نه يجوز ٔ􏰃ن 􏱎شترك في التضحية 􏰆لبدنة والبقرة س􏰎بعة، واج􏰘ا كان ٔ􏰃و تطو􏰚ا، سواء كانوا كلهم م􏰕قربين، 􏰃ٔو 􏰝ريد بعضهم القربة وبعضهم ا􏰿لحم. وبهذا قال الشافعي. وقال ما􏰗: لا يجوز 􏱌شتراك في
الهدي .وقال ٔ􏰃بو ح􏰍يفة: يجوز 􏰿لمتقربين، ولا يجوز ٕاذا كان بعضهم 􏱋ير م􏰕قرب ; ٔ􏰌ن ا􏰠بح وا􏰥د، فلا يجوز 􏰃ٔن تختل نية القربة ف􏱀ه.
Kesimpulannya bahwa diperbolehkan urunan dalam pengadaan hewan qurban, untuk onta atau sapi tujuh orang. Baik dalam rangka qurban wajib maupun qurban sunah. Baik semuanya bertujuan untuk qurban atau ada yang bertujuan qurban dan ada yang bertujuan dagingnya. Inilah pendapat Imam As-Syâfi’î.
Imam Mâlikî mengatakan, tidak boleh urunan dalam hewan hadyu (sembelihan sebagai Dam/Qurban bagi penduduk Mekkah ketika Ibadah Haji/Umrah).
Dan Imam Hanafî mengatakan, boleh urunan untuk semua yang niat berqurban, namun tidak boleh jika ada salah satu yang tidak berniat qurban. Karena yang disembelih satu, maka tidak boleh ada yang tidak berniat qurban untuk satu hewan.
Namun, Ibnu Qudamah lebih menguatkan pendapat yang membolehkan urunan hewan qurban, meskipun salah satu pesertanya tidak berniat untuk qurban. Beliau juga menyanggah pendapat Imam Mâlik dan Abu Hanifah. Dalam lanjutan keterangannya, beliau menyanggah pendapat Imam Mâlik,
ولنا ما روى 􏰪ا􏰨ر، قال: } ٔ􏰃مر􏰅 رسول الله صلى الله 􏰚ليه وسلم ٔ􏰃ن 􏰦شترك في ا ٕلابل والبقر، كل س􏰎بعة م􏰍ا في بدنة { رواه مسلم.
Kita memiliki hadits yang diriwayatkan oleh Jâbir, beliau mengatakan, ‘Rasûlullâh
 memerintahkan kami untuk urunan dalam pengadaan onta dan sapi. Tujuh orang untuk satu ekor sapi atau onta.’ (Riwayat Muslim).
Ketika menyanggah pendapat Abu Hanifah bahwa urunan ini hanya boleh jika semuanya berniat qurban, beliau mengatakan,
ولنا 􏰚لى ٔ􏰃بي ح􏰍يفة، ٔ􏰃ن الجزء ا􏱏زٔ􏰃 لا ينقص ٕ􏰆رادة الشريك 􏱋ير القربة، فجاز، كما لو اخ􏰕لفت 􏰭ات القرب، ف􏰟ٔراد بعضهم التضحية، وبعضهم الفدية.
Alasan kita untuk menyanggah Abu Hanifah, bahwa satu bagian yang sah disebut qurban, tidak menjadi batal karena ada sebagian peserta yang tidak berniat qurban. Sehingga semacam ini boleh. Sebagaimana ketika ada urunan, sementara tujuan penyembelihannya beda-beda, ada yang berniat untuk qurban da ada yang berniat sebagai fidyah. (al-Mughnî, 9/458).
Ibnu Qudamah juga menegaskan bolehnya urunan qurban dengan orang yang tidak niat qurban,
Ngaji Bersama Gus Arifin 16
ٕاذا ث􏰐ت هذا، فسواء كان المشتر􏱉ون من ٔ􏰃هل ب􏰵ت، ٔ􏰃و لم 􏰝كونوا، مفترضين ٔ􏰃و م􏰕طو􏰚ين ٔ􏰃و كان بعضهم 􏰝ريدالقربةوبعضهم􏰝ريدا􏰿لحم؛ ٔ􏰌نكلٕا􏰦سانمنهمٕانمايجزئعنهنصيبه،فلاتضرهنية􏱋يره
Setelah kita tahu bahwa urunan qurban dibolehkan maka statusnya sama saja, baik yang urunan semuanya satu keluarga, atau dari keluarga berbeda, baik semua untuk qurban wajib atau qurban sunah, atau sebagian niatnya untuk qurban dan sebagian untuk daging (tidak untuk qurban). Karena masing-masing peserta urunan mendapat jatah sesuai bagiannya, sehingga tidak ada pengaruh dengan niatan orang lain. (al-Mughnî, 9/438).
Imam An-Nawawî – ulama Syâfi’îyah, mengatakan,
يجوز أن يشترك سبعة في بدنة أو بقرة للتضحية، سواء كانوا كلهم أهل بيت واحد أو متفرق􏰯، أو بعضهم يريد اللحم فيجزئ عن المتقرب، وسواء أكان أضحية منذورة أم تطوعا، هذا مذهبنا وبه قال أحمد وداود وج􏰱ه􏰹 العل􏰱ء، إلا أن داود جوزه في التطوع دون الواجب. وبه قال بعض أصحاب مالك .وقال أبو حنيفة: إن كانوا كلهم متقرب􏰯 جاز، وقال مالك: لا يجوز الاشتراك مطلقا
ك􏰱 لا يجوز في الشاة الواحدة.
Boleh urunan 7 orang untuk seekor onta atau sapi, baik mereka semua satu rumah, atau dari keluarga yang berbeda, atau ada sebagian yang tidak berniat qurban karena hanya menginginkan dagingnya dan sah untuk yang berniat qurban. Baik qurban nadzar atau qurban sunah. Inilah pendapat madzhab kami (Syâfi’îyah), dan ini pendapat Imam Ahmad, Dawud adz-Dzahirî, dan mayoritas ulama. Hanya saja, Daud membolehkan urunan jika qurbannya bukan qurban wajib. Dan ini pula yang menjadi pendapat sebagian Mâlikiyah. Sementara Abu Hanifah mengatakan, ’Jika mereka semua niatnya untuk qurban, boleh urunan.’ Kemudian Imam Mâlik mengatakan, ’Tidak boleh urunan secara mutlak, sebagaimana tidak boleh urunan untuk seekor kambing.’
Dalam hal ini, Imam an-Nawawî menguatkan pendapat yang membolehkan urunan hewan qurban, meskipun ada yang tidak berniat untuk qurban. Pada lanjutan keterangannya, an-Nawawî membawakan sejumlah alasan untuk mendukung pendapat yang beliau nilai lebih kuat,
واحتج أصحابنا بحديث جابر قال } نحرنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم البدنة عن سبعة والبقرة عن سبعة{ رواه مسلم. وعنه قال { خرجنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم مهل􏰯 بالحج، فأمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نشترك في الإبل والبقر كل سبعة منا في بدنة{ رواه مسلم .قال البيهقي: وروينا عن علي وحذيفة وأ􏱐 مسعود الأنصاري وعائشة رضي الله عنه􏰱 أنهم قالوا ” البقرة عن سبعة ” وأما قياسه على الشاة فعجب، لأن الشاة إ􏰷ا تجزئ عن
واحد، والله أعلم.
Ulama kami (Syâfi’îyah) berdalil dengan hadis Jâbir yang mengatakan, ’Kami melakukan qurban bersama Rasûlullâh , seekor onta untuk 7 orang dan seekor sapi untuk 7 orang.’ Riwayat Muslim. Juga dari Jâbir, ’Kami keluar bersama Rasûlullâh  dalam rangka melakukan haji. Kemudian beliau  memerintahkan untuk urunan onta dan sapi, setiap 7 orang untuk satu ekor.’ Riwayat Muslim. al- Baihaqî mengatakan, ’Kami mendapat riwayat dari Alî, Hudzaifah, Abu Mas’ud al- Ansharî, dan A’isyah رضي الله عنهم, bahwa mereka berpendapat, ’Sapi boleh untuk 7
orang.’ Sementara diqiyaskan dengan kambing, ini sangat mengherankan. Karena kambing hanya boleh untuk satu orang.’ Allâhu a’lam. (al-Majmû’ Syarh al- Muhadzdzab, 8/398 – 399).
Ngaji Bersama Gus Arifin 17
􏰄ََُُِِْ􏰂􏰂َْلِِْ􏰂َُِِِْْ􏰄ََ الشافع􏰄يةَوالَحَناِب􏰤ف􏰟َ􏰪اُزوا􏰃ْن􏱎َشِترَكُمِريُدات􏰄ضحَية􏰃ْو􏱋ِيرَهامَنالقُرَ􏰆تَمَعُمِريدا􏰿لْحِم، َح􏰄تىلْوكاَن
ِلم ِري ِد الت􏰄 ْض ِحي ِة س􏰎بع الْب َدنَ ِة ، وِلم ِري ِد الْهَ ْدي س􏰎بعهَا ، وِلم ِري ِد الْع ِق􏱀قَ ِة س􏰎بعهَا ، وِلم ِري ِد ا􏰿ل􏰄حم 􏰆 ِقيها، ُ ِ ِ َ ِ ُ ِْ ُ َ ِ َ ُْ ِ ِ ُ ْ ُ ً ِ َ ُ ُ َِ ٍ ِ ِ ُِ ْ َُ ِ ِ َ ُ ِ ِ ْ ِ َ َِ ِ ف َ ُ ذ ِ َ بح ْ ت ِ َ به ذ ه ا ل ن ّ 􏰄 ي ا ت َ 􏰪 ا َ ز ، ٔ 􏰌 􏰄 ن ا ل ف ْ ع ل 􏰙 ا ن 􏰄 َ م ا ي َ ِ ص ُ ير ق ُ ْ ر ب َ ة م ْ ن كل َ و ا 􏰥 د ِ ب ن 􏰵 􏰄 􏰕 ه لا ِ ب 􏰽 􏱀 􏰄 ة َ ِشر 􏰝 ك ه ، ف َ َ ع َ د ُ م ا ل ن ّ 􏰄 ي ة
ِمن􏰃􏰂􏰥ِدِهم َلايْقَدحِفيقُربِةالْباِقين ََُْْ َََْ
Menurut ulama mazhab Syâfi’îyah dan Hanbalî, boleh bagi seseorang yang berserikat (urunan/patungan) dengan niat ibadah qurban bersama-sama dengan seseorang yang berniat untuk mendapatkan daging semata-sama. Sehingga, misalkan 1/7 niat qurban 1/7 berniat hadyu, 1/7 berniat aqiqah, selebihnya berniat untuk mendapatkan daging saja, maka penyembelihan seperti ini dibolehkan. Hal ini karena ibadah itu berdasarkan niat masing-masing, bukan patungannya. Kurangnya (perbedaan) niat dari salah satu dari mereka tidak merusak niat orang yang meniatkan (hewan patungannya) untuk ibadah.
Kesimpulan bahwa dibolehkan urunan qurban meskipun salah satu peserta tidak berniat untuk qurban. Termasuk ketika salah satu peserta adalah orang kafir (nonMuslim). Karena masing-masing mendapatkan jatah sesuai niatnya. Yang qurban sah sebagai qurban, yang tidak qurban berhak mendapat apa yang diinginkan. Dan niat seseorang tidak mempengaruhi niat orang lain.
12.Penyembelihan Qurban
َ 􏰄ضح ى ا ل ن بي ص 􏰄 لى ا 􏰄 ُ 􏰒 􏰚 َ ل َ ي ِ ه و س 􏰄 لم ِ 􏰨 َ ك ْ 􏰐 َ ش ْ ِ ين 􏰂 􏰃 ْ م ل َ 􏰩 ْ ِ ين 􏰃 􏰂 ْ ق ر ن َ ْ ِ ين َ ذ َ َ بح ه ُ م ا ِ ب ي ِ د ِ ه و َ 􏰄 سم ى و ك َ 􏰄 َ بر و و َ ض ع ِ ر 􏰪 َ ُ 􏰾 􏰚 َ َ لى
Hadîts riwayat Anas bin Mâlik.
􏰄ِ􏰔َ َََْ ََ َََََََْ صفا􏱑َما —م􏰕فق􏰚ليه
“Sesungguhnya Rasûlullâh  menyembelih dua ekor domba putih yang bertanduk dengan tangannya sendiri, seraya mengucapkan basmalah dan bertakbir. Beliau meletakkan kakinya disamping leher domba. (HR. Bukhârî-Muslim).
Cara menyembelih:
Di dalam kitab-kitab fiqih. Ulama menyebutkan sedikitnya lima hal yang dianjurkan untuk dilakukan pada penyembelihan. Syeikh Abu Syujâ ‘dalam Ghayatut Taqrîb mengatakan, dan juga disebutkan oleh Syeikh Wahbah Az Zuhaili dalam Al Fiqh Islamî Wa Adillatuhu:
و􏱎ُس􏰎 َت َح 􏰔ب عند ا 􏰄􏰠بح خمسة ٔ􏰃ش􏰎ياء :ال􏰊􏰄سمية، والصلاة 􏰚لى النبي صلى الله 􏰚ليه وسلم، واس􏰎تق􏰘ال ال ِق􏰘􏰤، والتك􏰘ير، وا􏰢􏰚اء 􏰆لقَ ُ􏰘ول )متن التقريب(
Ketika menyembelih, disunahkan melakukan 5 hal. Pertama, menyebut nama Allâh. Kedua, mengucapkan shalawat bagi Rasûlullâh . ketiga, mengarah ke qiblat. Keempat, membaca takbir. Kelima, mengucap doa agar amal qurbannya diterima Allâh .

Lima sunnah ini berlaku untuk penyembelihan hewan kapanpun kecuali membaca takbir dan doa. Karena keduanya merupakan kesunnahan khusus bagi penyembelihan hewan qurban ‘Idul Adha seperti dikatakan Syekh Nawawî al Bantanî dalam syarh Fathul Qarib, Tausyih Ibni Qasîm.
Dalam Tausyih Ibni Qasim, Syekh Nawâwî Banten mengatakan sunah menyembelih itu sebenarnya sembilan termasuk lima yang disebutkan di atas.
َِKeenam, mempertajam golok serta tidak di hadapan hewan sembelihan lainnya. Berdasarkan hadis dari Ibnu Umar ,
ُِ􏰄َِ􏰄ِِِ ِ 􏰂􏰃مررسولا􏰄􏰒صلىا􏰄ُ􏰒􏰚َليهوسلم َبحّدالّشَفاِر،و􏰂􏰃نُتوارى َعنا􏰡َْبهائم َََََََََََُِِْْ
“Rasûlullâh  memerintahkan untuk mengasah pisau, tanpa memperlihatkannya kepada hewan.” (HR. Ahmad, Ibnu Mâjah ).
Ketujuh, menjalankan dan menekan golok potong di saat memaju-mundurkan golok pada leher hewan sembelihan.
Kedelapan, membaringkan kambing pada sisi kiri tubuhnya dengan mengikat tiga kakinya kecuali kaki kanan bagian belakang. Cara ini juga berlaku bagi unta (termasuk sapi atau kerbau). Hanya saja kaki unta yang tidak diikat ialah kaki kiri bagian depan.
Kesembilan, menyediakan air untuk kemungkinan minum hewan qorban yang akan disembelih. Wallâhu A‘lam.
Doamenyembelihqurban َََِ َِ􏰄ََْ ِ 􏰑ِْسِماللهَو ُاللهاكَْبرا􏰿لهُ􏰄مٰهذامْ􏰍َكَوِالْيَكفَ􏰕ق􏰘􏰄ْلمْن……..)menyebutnamayangqurban(…….
Ya Allâh qurban ini (nikmat) dariMu dan kepadaMu maka terimalah dari (………..) seperti Engkau menerimanya dari Sayyidina Muhammad nabiMu dan dari Nabi Ibrâhîm kekasihMu (Tanwirul qulub hal 248)
Atau :
Urat atau saluran Apa yang dipotong?
َا􏰿ل􏰄هُ􏰄م ٰهَذا ِمْ􏰍 َك َوِالَْي َك.فََ􏰕قَ􏰘􏰄 ْل ِمِّني
َوال ّ ِز َ􏰇 َد ُة 􏰚َ َلى الْ ُ􏰩لْ ُقو ِم َوالْ َم ِري ِء َوالْ َو َد َ􏰪 ْ ِين ِق􏱀 َل ِ ُبح ْر َم ِتهَا ِ 􏰂􏰌 􏰄نهَا ِز َ􏰇 َدةٌ ِفي الت􏰄 ْع ِذي ِب َوال 􏰄را ِج ُح الْ َج َوا ُز َم َع ا ْل َك َرا َه ِة
(Menggerakkan pisau) yang memotong melewati Khulqûm (saluran nafas), Marî’ (saluran makanan) dan Wadajain (dua urat leher) ada yang mengatakan haram, karena hal itu menambah penyiksaan. Pendapat yang rajih boleh serta karâhah (makruh). (kitab Hasyiyah Bujairimi ‘Alal Iqna’ juz 22)
Di Leher bagian mana?
Nahr [arab: نحر], menyembelih hewan dengan melukai bagian tempat kalung
(pangkal leher). Ini cara menyembelih hewan unta. Allâh  berfirman,
َََُُُِِِِِْْْْْْ ُُ
ٍََِِِِْ 􏱒تَقَ􏰘ل َتمنس􏰎ِيدَ􏰅 ُمحمدنَِ􏰐ِ􏱀 َكوا􏰨راهيم َ􏰖ليِ َ􏱓
􏰄ََّْ􏰄َّ􏰙ََْْْ
َوالُبْدَن َجَعلَناَهالكممْن َشَعا􏰓ِرا􏰄􏰒لكمفيهَا َ􏰖ٌْيرفَاذكُرواا َسما􏰄􏰒􏰚َلْيهَا َصَوا􏰄ففَ􏰙اَذا َوَجَ􏰘 ْت ُج􏰍ُوَُبهافَكلوا
ََََُِِِْْْ􏰄ُُْ مْنهَا َو􏰂􏰃ْطعُمواالقَانَع َوالُمْعَ􏰄تركَذِ َ􏰗سخ􏰄ْرَ􏰅َهالكملَعلكم􏰛َْشكُروَن
Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi’ar Allâh, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, Maka sebutlah olehmu nama Allâh ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan Telah terikat). Kemudian apabila Telah roboh (mati), Maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta.”demikian penjelasan bagaimana cara menyembelih hewan qurban.