Ups ! Kata Togar Pangaribuan “Jangan Salah Menilaiku”.Bukan Jihad konservatif yakni perang convensional yang dimaksud tapi Jihad Moderat, jihad memerangi residu politik di Pilkada yang tengah ngetrend seolah sebuah kebaikan.
Meminjam konsepsi Islam, kemusyrikan itu laksana semut hitam yang berjalan di kegelapan malam, tak terlihat oleh kasat mata.Demikian “kejahatan” politik suap dan monay politik berjubah donasi dan bentuk lainya.
Meminjam ungkapan politisi kawakan partai Golkar, Edy Langkara, yang kurang lebihnya “begitulah kerja politikus, mengemas kepentingan politiknya dengan segala rupa pencitraan”, rakyat dibuat tak berdaya menerima begitu saja “kejahatan” berbungkus baik hati.
Frasa Jihad sengaja dipilih untuk memantik militansi rakyat, ketika publik atau umat mulai skeptis dengan eksistensinya sebagai pemegang kedaulatan rakyat yang mestinya eksis merdeka dengan idealismenya.Ini penting dan urgen karena politik tanpa idealisme laksana kita berjalan tanpa arah, demokrasi Pilkada sekedar pesta singkat 1 menit di bilik suara setiap 5 tahunan.