Pembicaraan Ustadz Muhamnad dengan Anwar Husen terkesan santai namun sangat menarik.issu-issu menarik dan moderat soal merawat keragaman dan kondisi kekinian birokrasi Pemda Malut menjadi issu hangat dalam pertemuan itu.
Ustadz Muhammad Kasuba bertutur bahwa merawat keragaman merupakan warisan sang ayah yang membentuk wataknya baik sebagai pribadi maupun pemimpin.Nilai ini aku mantan Bupati hal-sel dua periode ini telah genuine atau menyatu dalam dirinya.
“Bapak saya itu mualaf jadi di desa Bibinoi itu yang Muslim hanya kami dan ada 1 kelurga dekat Bapak”kisah dia.
“Nah agar tidak sendiri, Bapak itu mengajak orang-orang Makian, orang tidore dan orang mare yang bafonai dan jual Belanga tanah, orang Buton untuk hidup bersama di kampung”
“Jadi papa kasih mereka tanah di tutupa, Tomara untuk berkebun agar bisa menetap, jadi kami sudah terbiasa hidup serumah dengan dengan orang-orang dari beragam etnis”kisah Ustadz Muhammad.
Pengalaman itu lah aku H.Muhammad telah membentuk watak keluarga mereka tentang bagaimana menghargai dan merawat keberagaman.
“Jadi saat saya memimpin Hal-Sel seluruh etnis terlibat dalam pemerintah daerah Hal-Sel”
“Saya orang Togale jadi Bupati tapi pejabatnya terdiri dari Makayoa, Bacan, Buton, Bugis, Tidore dan Halmahera Utara”
“Padahal kalau mau, saya bisa saja mengangkat orang Togale tapi itu tidak karena saya terdidik dalam keluarga seperti itu”ujar dia.