Pasca Elang bersikap, publik mulai mengalihkan perhatian ke H.Ahmad Hidayat Mus, beranikah AHM mengambil sikap seperti Elang ?
Pertanyaan menantang ini datang dari pemerhati dan pendukung AHM sendiri yang hemat mereka, AHM harus mengambil sikap tegas ditengah kondisi AHM seperti sang juara yang tidak dianggap lagi dan didudukan tak berarti di bawah rindangnya pohon beringin.
Selain itu, secara ideal, sikap tegas Elang dan AHM juga diharapkan memberikan pembelajaran berharga bagi partai politik bahwa keputusan partai harus demokratis dalam rangka membangun eko sistem partai politik sebagai pilar demokrasi.
Lihat saja keluh Elang dan AHM bahwa keputusan penetapan dukungan cakada melampaui proses survey tahap dua yang tengah berlangsung.Artinya DPP Partai Golkar dinilai terlalu cepat dan melangkahi protokol penentuan cakada yang dibuat sendiri.Dari sisi kepentingan partai, AHM mengkhawatirkan jangan sampai sikap DPP Partai Golkar itu menihilkan hasilnya.
”Kalau keputusan tidak objektif hasilnya pasti nihil”nilai dia.
Keputusan DPP Partai Golkar mendukung Aliong Mus-Syahril Taher yang hasil survey elektabilitasnya nyungsep dinilai tidak objektif dan mengancam kepentingan partai Golkar di Pilkada Malut.Media siber Malut TV menurunkan tajuk “Partai Golkar Menggali Kuburannya di Pilkada” adalah presmis yang mungkin tak terbantahkan.
Lebih ideal dan luas lagi, partai politik diharapkan berjalan diatas aspirasi rakyat dan mampu menstimulasi demokrasi rakyat.Keputusan yang mengenyampingkan aspirasi rakyat itu mengundang curiga.Apakah ada oligarki dibalik keputusan itu ? Wallahualam bissawab hanya DPP Partai Golkar yang tahu itu.
Itu pertimbangan idealnya, lalu bagaimana dengan pertimbangan emosional interes politik AHM ?
Suara Arabia bawah Ultras AHM yang cukup nyaring, AHM harus hengkang sebagai sosok politisi sejati yang diharapkan gantleman.Mereka ingin memiliki pemimpin jagoan yang memiliki jiwa petarung sejati bukan pecundang.Sebab AHM seperti tak dianggap lagi dan tak punya masa depan di partai Golkar.Ngapain ikut pemimpin yang tak punya masa depan kan, kira-kira begitu suasana kebatinan yang menyelimuti Ultras AHM.
Pertama, partai Golkar seolah adem saja ditengah wacana AHM tak layak Calon Gubernur dan pada saat yang sama nama-nama lain justru mengemuka.Padahal sebagai partai besar dan partai di kekuasaan, partai Golkar bisa melakukan sesuatu yang berarti bagi ketua Bappilu Malut DPP Partai Golkar ini.Demikian, elektabilitas AHM sulit tertandingi baik kader partai Golkar maupun kandidat lainya.
Ke dua, Jika AHM belum layak nyagub di Pilkada 2024 , pliss bo, dukung anak ku Salsabila dong sebagai penghargaan, apalagi elektabilitas anak ku terhitung tinggi.Eh, partai Golkar justru mendukung Puspasari Mus, adik tiri yang tergabung dalam genk Mus II.
Ke tiga, sudah tak mencalonkan AHM dan putrinya, eh Partai Golkar seolah memenjarakan AHM dalam sangkar emas.Dalam SK, partai Golkar menyatakan bahwa keputusan ini mengikat dan final.
Maknanya AHM dan Elang diminta tunduk sami’na wata’na jika tidak di “pecat”.AHM seolah dirantai dengan rantai emas, terasa dibutuhkan tapi tak diapakan.
Ke empat, AHM tak punya masa depan lagi di partai Golkar.Analisisnya bagini, mantan Bupati Kepulauan Sula 2 periode ini kalah di partai Golkar konon kabarnya dikalahkan oleh adik-adiknya sendiri yang dia besarkan yang tengah naik daun di partai Golkar saat ini.
Dalam konteks ini AHM berharap masa depannya di tahun 2029 layaknya pungguk merindukan bulan.Sebab adik-adiknya AHM eksistensi bakal semakin membesar kekuasaan dan pengaruhnya di partai Golkar.Katakan saja jika nantinya Aliong yang dicalonkan partai Golkar itu bisa memenangkan Pilkada dan jadi Gubernur Malut, tak mungkin dia rela hanya berkusa satu periode dan mempersilahkan ayo kakak yang maju dulu, buar saya istirahat dulu, ya nonsen lah.Pasca dia, sudah antri Alien, Ningsih dan Puspasari Mus sementara AHM semakin menua usianya yang berbanding lurus dengan uzurnya pengaruh dia di partai Golkar.Ya sebagai hiburan, AHM ditampilkan seperti Bapak bangsa yang jadi penghias kursi VVIP disetiap acara partai.