Oleh: Abdurahman Hoda (Ketua STPK Banau)
Alfred Russel Wallace melakukan perjalanan ke Jailolo, yang terletak di Pulau Halmahera, Maluku Utara, pada pertengahan abad ke-19 ( Maret- September 1858) sebagai bagian dari eksplorasinya di Nusantara. Jailolo, sebuah daerah yang dikelilingi oleh hutan tropis yang lebat dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, menarik perhatian Wallace karena kekayaan flora dan faunanya yang unik.
Selama di Jailolo, Wallace menghabiskan waktu untuk mengumpulkan spesimen burung dan serangga, serta mencatat pengamatan mengenai fauna lokal. Salah satu yang menarik perhatiannya adalah spesies burung endemik, termasuk burung cendrawasih dan nuri, yang memperkuat teorinya tentang isolasi geografis dan spesiasi. Jailolo, dengan lokasinya yang berada di wilayah transisi antara fauna Asia dan Australasia, memberi Wallace wawasan penting tentang distribusi spesies di kawasan tersebut, yang kemudian menjadi dasar untuk pemetaan Garis Wallace.
Perjalanan Wallace di Jailolo juga membantunya mengembangkan gagasan tentang seleksi alam, yang pada akhirnya menjadi salah satu teori evolusi yang paling penting. Jailolo, bersama dengan daerah lain di Kepulauan Maluku dan Maluku Utara, menjadi bagian integral dari penelitian Wallace yang membuka jalan bagi perkembangan sains biogeografi dan evolusi.
Beberapa aspek dari perjalanannya di Jailolo yang berkontribusi terhadap teori seleksi alam adalah: