Catatan ringan ini sengaja saya angkat untuk menyikapi wacana politik Pilkada Maluku utara yang hemat saya mendelegitimasi kedaulatan rakyat Maluku utara sebagai pemilih dan penentu siapa Kepala Daerah-Wakil Kepala Daerah.
Rezim Jokowi yang rasa otoritarian dan lemah nilai demokratisnya dipersepsikan langgeng di bawah kepemimpinan Presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Persepsi ini nampak tak salah jika kita runtut bagaimana cara rezim Jokowi berkuasa sampai perjalanan paket Prabowo-Gibran sampai terpilih sebagai Presiden-Wakil Presiden RI di Pilpres 2014 untuk periode 2014-2029.
Bagaimana game Presiden Jokowi dalam isu mendrive Pilkada, perpanjangan masa jabatan Presiden, Presiden 3 periode, Presiden bisa-cawe-cawe di Pilpres, Pj kepala daerah jelang pemilu dan Pilpres, putusan MK paman Usman tetang usia capres-cawapres yang melanggar kode etik dan terakhir putusan MA tentang usia cakada yang dinilai sekedar untuk Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Jokowi bisa berlaga di Pilkada DKJ Jakarta.Up date, Presiden Jokowi menandatangani ijin bagi ormas agama menjadi pemain tambang yang merusak lingkungan dan menindas hak-hak rakyat dan umat itu.Kebijakan ini dinilai mengamankan rezim Jokowi di aras basis rakyat.
Memasuki agenda Pilkada serentak di seluruh Indonesia, nuansa dan persepsi rezim Jokowi berhasrat menguasai daerah melalui Pilkada kembali menyeruak.Keinginan Jokowi tentang percepatan Pilkada serentak di bulan September mengundang kecurigaan isu itu.Jokowi dinilai terus berhasrat menguasai kekuasaan daerah untuk 5 tahun ke depan sampai pemilu dan Pilpres 2029 digelar sebagai banper politik jika putranya Gibran naik calon RI 01 di Pilpres 2029.Rentatan peristiwa ini telah mengkontruksikan otak rakyat Indonesia bahwa Presiden Jokowi berhasrat kuat melanggengkan rezim Jokowi pasca lengser dari Istana Merdeka.Alhamdulillah keinginan Jokowi ini tak tercapai.
Ditengah manuver politik yahud Presiden Jokowi di penghujung masa jabatan yang tersisa itu, Presiden terpilih Prabowo Subianto nampak diam diem bae.
Tak terdengar apa pandangan Prabowo atas sikap dan kebijakan Presiden Jokowi yang tersisa 4 bulan saja berkuasa namun memproduk kebijakan yang berjangka dan berdanpak panjang itu.Tak heran, Prabowo dipersepsikan sebagai keberlanjutan rezim Jokowi atau membangun rezim baru ala Jokowi.
Padahal sebagai capres terpilih yang bakal dilantik pada bulan Oktober 2024, Prabowo wajib berbicara.
Pantas kalau Prabowo dipersepsikan sebagai Presiden ala Jokowi yang akan melanggengkan rezim Jokowi atau meng copy paste ala Jokowi. berkuasa.Praktisnya Prabowo di prediksi mengendalikan dan menentukan siapa pemenang Pilkada di seluruh Indonesia apalagi di daerah-daerah kaya tambang seperti Maluku utara, Papua dan Sulawesi tengah.
Ironis ! Persepsi publik tentang ketakutan bahkan phobia tentang Prabowo Subianto itu telah menjadi genuine dalam otak masyarakat.
Wajar ! Rakyat Indonesia spesial rakyat Maluku utara memang berpengalaman panjang selama 10 tahun dibawah rezim Jokowi yang dipersepsikan kuat sebagai rezim yang mengatur dan mempengaruhi setiap agenda politik.Pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur AGK versus AHM Jilid I dan II seolah membentuk mindset rakyat Malut bahwa faktor rezim berkuasa nasional sangat menentukan siapa pemenang dan penguasa lokal.
Benar atau tidak, itulah persepsi publik yang lahir dari perkembangan politik bangsa ini.Ibarat ada asap karena ada api.
Probawo Subianto dipersepsikan layaknya cara Jokowi “mendrive”Pilkada.Siapa kandidat yang diusung partai Gerindra, partai besutan Prabowo Subianto punya kans besar memenangkan Pilkada entah siapapun kandidat apakah tokoh populer dan berduit atau tidak.Sebab Prabowo sebagai Presiden dalam sistem presidensil yang amat besar kekuasaanya jika seperti dipersepsikan punya potensi besar untuk mengendalikan dan mengkonsolidasikan segenap recources bangsa untuk memenangkan jagoannya di Pilkada.Apalagi untuk Maluku utara dengan kekayaan tambangnya yang melimpah yang mengundang klas cecurug sekalipun itu berupaya mengeruk hasil tambang apalagi seorang Presiden Prabowo yang punya Background pengusaha.
Tidak ! jangan Kerdilkan Otak Prabowo
Hemat saya tidak, Prabowo Subianto tidak sejahat itu untuk menghancurkan sistem demokrasi Indonesia hususnya Maluku utara.
Patut dicatat bahwa kualitas personaliti Prabowo Subianto jauh berbeda dengan Presiden Joko Widodo.Demikian bobot moral kenegarawanan keduanya juga pasti berbeda kadar nya.
Prabowo seorang terdidik sejak kecil, berkecimpun di institusi TNI di 2 zaman yakni orde baru dan orde reformasi hingga terpilih sebagai Presiden RI.Background pendidikan sejak SD,SMP dan SMU di Inggris dan Amerika kemudian masuk AKBARI telah membentuk watak Prabowo sebagai seorang tehnokrat yang demokratis.Pengalaman langsung terhadap rezim Orde Baru dan rezim Reformasi semakin memperkuat watak duda Titiek Soeharto ini sebagai seorang demokratis.
Prabowo dalam Potret pasca reformasi nampak menyadari bahwa cara-cara otoriter dalam menjalankan kekuasaan sudah tidak pada zamannya apalagi ditengah perkembangan teknologi dan informasi yang semakin terbuka.
Prabowo hemat saya justru sensitif dengan pola kekuasaan rezim Otoriter, menggunakan instrumen negara sebagai kepentingan politik kekuasaannya.Sebab dia telah berpengalaman langsung betapa pahitnya bermain dengan kekuasaan otoriter.
Ditengah Jokowi yang terpotret terus berhasrat melanggengkan kekuasaanya melalui putranya sebagai wakil Presiden, rasanya Prabowo juga telah berpikir matang bahwa Jokowi berpotensi berbalik rupa sebagai musuh yang bisa mengancam kepentingan politiknya.Sedikit saja celah kesalahan sistematis atas kesalahannya menggunakan instrumen kekuasaan, potensial tamatlah riwayatnya sebagai Presiden.
Ingat ! Jokowi masih mendapat dukungan luas partai politik parlemen meskipun tidak berkuasa lagi.Demikian dukungan publik, kebijakan pembagian IUP ke oraganisasi agama dan pemuda adalah salah satu cara bagaimana Jokowi mempertahankan kekuatan dukungan basis rakyat.
Sekali Prabowo salah, instrumen parlemen dan oraganisasi agama serta pemuda ini bergerak serempak dan simultan menyerang Prabowo dari 4 penjuru mata angin, maka alamat Prabowo berkemas baju keluar dari Istana Merdeka bisa secepat kilat.Kita percaya bahwa TNI-Polri dan Kejaksaan serta lembaga peradilan telah profesional dan netral.
Apalagi Prabowo pasti menyadari bahwa usianya juga semakin senja itu mestinya lebih bijak untuk mengahiri jabatanya yang mungkin hanya 1 periode itu dengan legacy yang berharga.Warisan demokrasi mungkin menjadi pilihan cerdas seorang Prabowo.
Namun boleh jadi, Persepsi publik bahwa rezim berkuasa sangat menentukan siapa pemenang Pilkada memang juga sengaja dibangun oleh kelompok-kelompok kepentingan lokal dibalik kandidat partai penguasa.Perepsi ini sengaja dibangun untuk menarik pilihan rakyat secara otomatis ke kandidat partai politik penguasa.Ditengah rakyat Malut misalnya yang mayoritas afiliatuf ke pemerintah dan masih lemahnya SDM, persepsi politik ini memang terbukti ampuh.Tetapi lagi-lagi persepsi ini menguat karena pengalaman 10 tahun terakhir rezim Jakowi yang dipersepsikan ikut bermain menentukan pemenang Pilkada.
Kesimpulan.
Persepsi bahwa Prabowo Subianto sebagai Master Mind pemenang Pilkada tidak seutuhnya benar.Performances Prabowo sebagai Presiden bakal sangat berbeda dengan pendahulunya.Dia adalah purnawirawan Jenderal TNI yang terdidik dalam iklim demokrasi.Pandangan-pandangan Prabowo sebelum dan setelah terilih sebagai Presiden juga menunjukan dia adalah seorang demokratis dan negarawan.
Potensi personaliti, eksperinaces dan tantangan politik yang dihadapi Presiden Prabowo Subianto tidak memungkinkannya untuk otoriter dalam mendrive Pilkada serentak di Indonesia seenak perut nya.
Terkecuali, Prabowo berlagak dungu untuk membangun kekuasaan otoriter atas basis pemikiran “aja mumpun hanya bisa berkuasa 5 tahun, inilah kesempatan saya”.
Tenang ! Prabowo hemat saya bahkan tampil beda sebagai antitesa gaya rezim Jakowi, yang bakal menampilkan keemimpinan rezim berkuasa yang demokratis.Personaliti, kapaitas dan eksperiances serta tantangan yang dihadapi bakal membawa Prabowo Subianto ke jalan demokratis.Kita percaya bahwa Prabowo Subianto pasti memandang Pilkada sebagai sarana demokrasi tunggal bagi rakyat di daerah berdaulat memilih dan menentukan suapa pemimpin mereka
Yakinlah, Koki Chef Master masakannya pasti enak dinikmati, beda dengan koki Wong Ndeso.
Ternate, Minggu, 3 Juni 2024.