MEDIA RAKYAT.24.Com—Ternate||Agenda Pilkada serentak 2024 di Provinsi Maluku utara mendapat perhatian luas masyarakat dan seluruh komponen strategis di daerah.Terlebih issu pemimpin dan kepemimpinan daerah kesultanan yang menuai wacana dan pembahasan serius di publik.Sosok pemimpin dan kepemimpinan seperti apa dikupas kritis publik baik di media maenatream dan media sosial.
Ismunandar Aim Sjah, salah satu pemilik darah biru dari kekerabatan kesultanan Ternate angkat bicara membahas issu politik aktual ini.
Menurut Ismunandar Sjah, pemimpin dan kepemimpinan Maluku utara tidak bisa lepas dari akar budaya dan nilai pemimpin dan kepemimpinan kesultanan Moloku Kie Raha.Adat matoto agama, agama matoto kitabullah dan sunnaturrasul serta keemimpinan Jou Se Ngofa Ngare atau kepemimpinan Pro rakyat tak bisa dilepaskan dari desain pemimpin dan kepemimpinan Maluku utara sebagai sebagai anak kandung dari Moloku Kie Raha 4 kesultanan Moloku Kie Raha.
”ya saya kira ini menarik ni dari banyak calon-calon yang muncul cuma harus tahu bahwa ini daerah kesultanan”
”jadi saya kira siapa yang memimpin negeri ini harus mengenal betul watak masyarakatnya dan historis latar belakang kultural dari pada negeri Al Mulk ini”jelas dia.
Ismunandar mengingatkan bahwa menjadi seorang pemimpin Maluku utara dibawah naungan 4 kerajaan Islam kesultanan Moloku Kie Raha tidak bisa sembarang pemimpin tetapi pemimpin yang memahami dan mampu menjalankan falsafah negeri kesultanan yakni Adat Matoto Agama, Agama Matoto Kitabullah dan Sinnarrasul dan konsep Jou Se Ngofa Ngare.
“saya kira yang memimpin disini tidak bisa sembarangan, dia harus mengenal kultur itu karena disini kepemimpinan Islam kan 4 kesultanan jadi saya kira tokoh yang muncul harus mengerti tentang kultur wilayah ini”
“pemimpin-pemimpin para sultan dulu melihat rakyatnya karena pasti punya nilai keagamaan yang baik yang berpegang Teguh pada falsafah dan azaz kepemimpinan Adat Matoto Agama, agama matoto kitabullah dan sunnaturrasul jadi berdasarkan Alquran dan hadist jadi itu persoalannya, pemimpin harus mengerti betul itu mengerti tentang kultur, ini negeri kesultanan”tandasnya lagi mengingatkan.
Ismunandar mengiyakan jika pemimpin yang dimaksudkan falsafah kesultanan itu muslim.Dia juga mengiyakan jika konsep Adat Matoto Agama, Matoto Kitabullah dan Sunnatrrasul itu berhasil mengayomi seluruh agama di Moloku Kie Raha dalam waktu ribuan tahun itu.
”iya”singkat dia mengiyakan.
Ke dua menurut mantan anggota DPRD ini, pemimpin malut harus memahami falsafah Jou Se Ngofa Ngare yang mengandung makna pemimpin harus menyatu dan berpihak kepada rakyat, pemimpin tidak boleh mementingkan kepentingan bisnis pribadi dan keluarga serta kroni-kroninya.
”pemimpin harus paham konsep kepemimpinan keseultanan Jou Se Ngara Ngare yang sering dipopulerkan mendiang Sultan almarhum H.Mudhafar Sjah yang mengandung makna pemimpin harus menyatu dan berpihak kepada rakyatnya”jelas Ismunandar.
Ismunandar mengaku sedih melihat prilaku politik yang menunggangi agama hanya untuk kepentingan politik namun disis lain mengancam nilai ajaran agama Islam seperti salawat dan tahlilan.
”salawatan dan tahlilan itu hanya kepada orang muslim”tegas dia.
Pemilik darah biru kesultanan Ternate ini juga mengaku resah dengan perkembangan politik Pilkada yang melenceng dari prinsip -prinsip idealisme.
”Sebagai warga malut dan warga kekerabatan kesultanan, kita resah dengan perkembangan politik Pilkada akhir-akhir ini”imbuhnya.
Ismunandar dengan tegas meminta MUI bersikap atas persoalan ini.
”MUI harus mengambil sikap”tegasnya.
Dia mengajak seluruh rakyat dan komponen daerah agar tidak lepas dari idealisme anak negeri kesultanan Moloku Kie Raha yang merupakan nilai sosial dari provinsi Maluku utara itu sendiri.
”Jangan kehilangan idealisme”pungkasnya(***)