Thursday, 12 December 2024

Kerja Sia-Sia ! Memisahkan MK Dengan Togale

-

Sebuah gambar naratif dengan foto Dr.H.Muhamnad Kasuba, MA beredar di WAG menarasikan “Stop ! Kapitalisasi Kuktur Togale”.

Makna nya sapaan akrab akronim MK itu jangan lagi menunggangi etnis Togale guna kepentingan pemenuhan di pilgub Malut.

Siapa pelaku dibalik beredarnya foto naratif ini mudah ditebak, yakni mereka yang memosisikan diri sebagai lawan dan atau merasa terancam dengan eksistensi Dr. H. Muhammad Kasuba, MA di kontestasi pilgub Maluku utara.

Apa mereka sukses ? Ana haqqulyakin terlebih entitas suku Togale sangat meyakini misi mereka gagal total bahkan sebaliknya menyatukan warga Togale itu sendiri.Tapi namanya saja usaha, sukses atau gagal coba dulu to.

Namun gerakan black Campagne itu wajar saja dalam politik praktis yang penuh intrik dan tipu muslihat saling menohok walau kawan seiring sekalipun.Mereka bergerak tanpa moral, dikuasai nafsu bejat hanya untuk meraih kemenangan yang kerap mengganggu tidur mereka.

Gambar naratif bernuansa black Campagne ini menyasar Dr.H.Muhammad Kasuba, MA karena mereka sadar betul bahwa mantan Bupati Hal-Sel dua periode ini adalah kandidat terkuat saat ini.Tak mempan dijatuhkan di survey setingan Abal-Abal, terpaksa pake cara begini.Bahi mereka, siapa tahu efektif.

Sebab ketika ada MK, penyakit phobia politik mereka kambuh, Jika tak diganggu bahkan digerus kepopuleran dan keterpilihannya maka musuh alamat harakiri politik.

Namun yakinlah, berupaya memecah atau menceraikan kebersamaan H.Muhammad Kasuba dengan warga Togale adalah pekerjaan yang sia-sia.Allah SWT sendiri meminta umatNya untuk menghindari pekerjaan sia-sia itu.Selain tak mendatangkan manfaat, kerja-kerja sia-sia semacam itu justru semakin melemahkan pelakunya sekaligus semakin memperkuat korbannya yakni H.Muhammad Kasuba dan warga Togale.

Pertama ;Antara Dr.H.Muhammad Kasuba dan warga Togale ibarat dua sisi mata uang, hilang satu sisi maka uang itu tak bernilai lagi.Sebab H.Muhammad Kasuba adalah satu-satunya kader anak kandung Togale yang bisa dipertaruhkan di panggung politik malut se level Pilkada.

MK adalah putra Togale Muslim yang bisa perform di pentas Pilkada Malut  ditengah pemilih yang mayoritas muslim.Pada sisi lain, belum ada tokoh politik Togale muslim sekaliber MK yang bisa bersaing di pentas politik Maluku utara.

Ke dua ;Orang Togale sangat tahu dan seyakin-yakinnya bahwa H.Muhammad Kasuba memiliki komitmen yang sangat kuat untuk kehidupan orang Togale yang bermartabat.

Pengalaman H.Muhammad Kasuba memimpin Kabupaten Halmahera Selatan adalah pembuktiannya.

Bagi Warga Togale di Hal-Sel baik muslim maupun kristiani, H.Muhammad Kasuba adalah malaikat penyelamat hidup dan kehidupan warga Togale.
Togale sebelum ada H.Muhammad Kasuba dan sesudah ada Muhamnad Kasuba mengalami perbedaan dan perubahan hidup yang signifikan lebih baik.Bahkan MK lah yang menandai perubahan revolusioner etnis Togale di Hal-Sel.Irang Hal-Sel tahu itu.

Orang Togale sebelum H.Muhammad Kasuba menjabat  Bupati Hal-Sel adalah warga klas dua yang kehilangan optimisme sebagai warga negara yang setara dengan warga bangsa lainya.Untuk akses pendidikan tinggi apalagi sebagai pegawai negeri saja bak pungguk merindukan bulan.

Kondisi kehidupan itu perlahan mulai berubah membaik ketika H.Muhammad Kasuba berkusa.Orang Togale layaknya rakyat yang baru merdeka itu busa menikmati hasil kemerdekaan pada saat H.Muhammad Kasuba berkuasa.Orang Togale menjadi PNS atau ASN  bukan lagi cerita berharga demikian orang Tagale menjadi pejabat sudah soal biasa.

Danpak Togaleisme itu meluas sampai di Halmahera Utara.Putra-Putra terbaik dari Halmahera Utara di angkat sebagai pejabat di Pemda Halmahera Selatan.

Pertanyaannya, apakah H.Muhammad Kasuba tidak adil dengan etnis lain ? Tidak, ini tindakan afirmatif terhadap warga Togale yang termarginalkan.Kebijakan ini bernuansa kesetaraan dimana akses pembangunan yang sama harus dirasakan warga Tigale seperti  warga lainya.

Kebersamaan yang adil ini tak mungkin pupus dengan move politik murahan “Stop Kapitalisasi kukturTogale”.

Woe ! Bukan kapitalisasi tapi humanisasi, kebersamaan yang memanusiakan manusia yang bermartabat.

Jadi, itu manuver yang sia-sia !