Kini Moeljono jadi tertawaan semua orang. Wibawanya lenyap tiada sisa. Dan tidak akan dikenang bangsanya sendiri atau diingat sebagai Pinokio Jawa.Satu demi satu mimpi-mimpinya dilucuti oleh kawan seperjuangan. Parpol pimpinan seorang jenderal menolak ekspor pasir laut yang diinisiasi Moeljono. Sang Jenderal yang akan menggantikan Moeljono juga tak akan melanjutkan pembangunan IKN. Pemimpin parpol lain yang dipromiskan Moeljono juga mengejeknya sebagai Raja Jawa.
Tapi Moeljono belum tamat! Ia sedang memasuki fase baru, fase “tukang andong” — istilah yang disematkan Sang Jenderal – yang duduk di pengadilan sebagai pesakitan. Hal ini wajar, bahkan harus dilakukan. Preseden keonaran yang melukai bangs aini tidak boleh diabadikan. Sang Jenderal yang telah bertransformasi menjadi “kucing Indonesia” akan kembali menunjukkan dirinya sebagai “Macan Asia”. Untuk itu, pasca 20 Oktober, tidak mungkin ia akan melindungi Moeljono, yang kini telah menjadi aib bangsa.
Bahkan, Sang Jenderal akan mengikis habis semua hal yang terkait dengan Moeljono. Salah besar bila ia membiarkan Moeljono yang lahir di tempat dan waktu yang salah sebagai the untouchable. Ini akan membebani pemerintahannya. Kebetulan rakyat ingin Moeljono diadili, yang menjadi kesempatan bagus bagi Sang Jenderal untuk melenyapkannya. Tak perlu khawatir. Tak terhitung banyaknya bukti kesalahan Moeljono untuk dijebloskan ke penjara.
Bagaimana dengan anak-anak dan menantunya? Harus diadili juga. Fufufafa menyediakan cukup bukti perbuatan tercela dan KKN untuk dilengserkan dari posisinya. Jangan abai. Anak yang bodoh, koruptif, dan niretika ini berbahaya bagi bangsa ini untuk dipelihara. Adiknya juga bisa dipenjarakan terkait kasus Gulfstream dan, bersama kakanya, juga melakukan KKN. Pembaca harus fahami bahwa tulisan ini bukan narasi yang tak berdasar.
Tanpa menyingkirkan benalu yang lengket di tubuh bangsa, tidak mungkin bangsa ini bisa melangkah maju dengan ringan. Indonesia tak punya banyak waktu lagi untuk keluar dari middle incometrap demi menjadi salah satu negara modern, maju, makmur, demokratis, dan beradab pada hari perayaan HUT NKRI Seabad. Penyingkiran keluarga Moeljono akan menjadi pengingat keras pada pemerintahan berikutnya, yang bukan tidak mungkin akan meniru langkah Sang Pinokia Jawa.
Tangsel, 24 September 2024