Agenda pemilihan kepala daerah serentak di provinsi Maluku utara tak pelak menyuguhkan berbagai intrik, saling menohok kawan seiring bahkan saudara sepersusuan atau sekandung.
Hukum besi politik bahwa tidak ada kawan sejati dan saudara sehati, yang ada hanya kepentingan berlaku sahih dan komplit di gelanggang Pilkada Maluku utara.
Ya namanya saja kepentingan politik, siapa saja yang menghalang rintang di depan apa itu kawan, sahabat bahkan kakak dan adik kandung pung disikat tak pandang bulu.
Lakon itu nampak bahkan tak kasat mata lagi diperankan Squad politik dinasti Mus.H.Ahmad Hidayat Mus-Aliong Mus-Alien Mus-Ningsih Mus-Citra Mus-Salsabila Mus tampil berjibaku mempertahankan kepentingan politik masing-masing di pentas politik Pilkada Maluku utara.
Jika digeneralisasi, pertarungan ini terfragmentasi dalam dua kubu besar yakni kubu H.Ahmad Hidayat Mus ( AHM ) versus Aliong Mus (AM) .Keduanya yang didukung barisan pendukung terlibat duel tak terelakan karena masing-masing ngotot merebut rekomendasi partai Golkar dalam bertarung sebagai calon Gubernur di Pilkada Maluku utara 2024.
Pertarungan AHM vs AM ini sontak berdanpak ke bawah karena mereka semua nyaris terlibat dalam kepentingan sistimatis rekomendasi partai Golkar dan kepentingan elektoral dengan AHM vs Aliong.
Bagaimana AHM dan Aliong membutuhkan dukungan Alien Mus sebagai ketua DPD Partai Golkar Provinsi Maluku utara untuk meraih rekomendasi DPP Partai Golkar, sedemikian bagaimana 2 kakak beradik ini membutuhkan jasa Ningsih Mus di Kabupaten Sula, Aliong Mus di Kabupaten Pulau Taliabu untuk meraih cerug elektoral di daerah masing-masing.
Sengit ! Pertarungan bak musuh bubuyutan bertemu di ring oktagon yang sarat emosional.Mau mampus politik, tak ada urusan, begitulah aura pertarungan akak versus Adinda yang terpampang di mata publik.Seolah tak ada etika lagi, kakanda menyayangi Adinda’s sebaliknya para Adinda menghargai lagi eksistensi kakanda yang membesarkan itu.
Nampak tak seimbang, pertarungan ini dikuasai kubu adik-adik.AHM yang ketua Bappilu Provinsi Maluku utara DPP Partai Golkar seolah dibuat seperti bebek lumpuh, punya kekuasaan namun kian mengecil yang untuk menyelamatkan diri saja nyaris tak mampu lagi.
Padahal sebagai ketua Bappilu, AHM punya kekuasaan besar menentukan siapa calon Gubernur Malut versi partai Golkar.Namun barisan Adinda-adikda ini rupanya tak bisa dipandang sebelah mata AHM.Eksistensi Alien Mus, Aliong Mus, Ningsih Mus dan Citra Puspitasari Mus sudah di puncak pohon beringin.Kekuasaan dan logistik yang mereka genggam telah menentukan bergaining positioning di hadapan Erlangga Hartarto.Jadi AHM pun tak bisa berbusung dada lagi di DPP Partai Golkar.Alih-alih, bisa busung lapar politik dibuatnya.
Bagi partai Golkar, pertarungan dinasti Mus special pertarungan AHM vs Aliong Mus ibarat sungguhan menu buah simalakama.Mau makan papa mati, tidak makan mama mati, dificult vicois alias pilihan yang sulit.
AHM meskipun lemah dukungan suara struktur namun tak bisa dipandang remeh temeh loh.Lihat saja, hasil survey lembaga survey menempatkan mantan Bupati Sula 2 periode ini sebagai pemenang, bukan Aliong.
Sementara Aliong Mus juga tak bisa comfidances karena nilai elektabilitasnya di bawah level rendah.Memilih Aliong karena faktor sistimatis saja ibarat partai Golkar harakiri di Pilkada Maluku utara.Bagaimana mungkin mencalonkan kandidat Gubernur yang kalah ? Kan begitu pertanyaan interes politik DPP Partai Golkar.
Namun memilih AHM juga tidak aman dan nyaman.Status AHM sebagai mantan terpidana yang belum cukup masa idah politiknya alias belum melewati bebas tahanan 5 tahun membuat pilihan terhadap AHM menghadapi jalan buntu.
Sementara bagi rakyat, ini tontonan pertarungan yang tak kayak jadi tuntunan.Sebab ini pertarungan yang nihil nilai demokratis karena sebuah partai besar seolah tergolek layu oleh nuansa kepentingan politik dinasti padahal partai Golkar diharapkan berperan membangun ekosistem demokrasi yang kondusif bagi seluruh rakyat bukan hanya dinasti Mus.
Lalu partai Golkar harus memilih Aliong Mus ? Jangan cepat tepat pak Erlangga, salah pilih yang bisa bikin AHM kecewa maka alamat kiamat.AHM dan masa AHM bisa saja potensial hengkang ke pihak kawan.Ya namanya saja kecewa atas jasa besar membesarkan partai yang diabaikan dan dihempaskan, apa saja latar belakang dan efek atas sikap selanjutnya itu urusan ke seribu yang penting harga diri tak terinjak sepatu beralas najis kambing, ya minggat dulu.
Kalkulasi ideal moralnya dan interes politiknya begitu, bahwa dalam kondisi kritis yang tak menguntungkan, AHM pasti minggat dan hijrah mencari habitat politik yang lebih kondusif bagi kepentingannya.
Ngapain bertahan kalau sudah tak dianggap dan dibikin kek bebek lumpuh ?.
Ternate, 11 Juni 2024
Usman Sergi, SH/ Kolomnis dan politik pemerhati demokrasi.