PDIP kabarnya bakal ikut mengusung Anies Baswedan di Pilkada DKJ Jakarta.Partai besutan Presiden ke 5 RI, Ibu Megawati Soekarno Putri itu akan bersama Nasdem -PKB -PKS menjadi partai pengusung Anies.Entah siapa pasangan Wakil Gubernurnya, masih spekulatif.
PKS yang sempat diisukan sedang digoda Gerindra hanya sekedar menggagalkan Anies terbukti tak mempan.Issu gres ter up dete, Gerindra telah menduetkan Ponakan Prabowo, Budi Satrio Djiwandono-Kaesang, putra bungsu Presiden Jokowi telah membuat PKS mengunci pintu rapat-rapat.PKS seperti Gholibnya tetap ikut suara konstituen yang terlanjur cinta mati ke Anies.
Lepas dari intrik politik yang melingkupi Anies Jilid II, isu PDIP pengusung Anies menarik semua kalangan.
Isu ini menarik karena sikap PDIP yang tak biasanya alias tak kita duga sebelumnya.Ada apa Hingga mengusik semua kalangan?.Tetapi begitulah hukum besi politik berlaku bahwa dalam politik praktis, tidak ada kawan sejati dan musuh abadi selain kepentingan.
Banyak elemen mendasari sikap Ibu Mega dan PDI Pnke Anies.Ada soal politik, nasionalisme dan sejarah.
Secara idiologis, PDI P mengusung Anies itu bukan perkara haram.Sebab baik Ibu Mega, PDIP dan Anies sama-sama memiliki DNA nasionalisme yang kuat dan mendarah daging.Ibu Mega dan Anies adalah masing-masing putri dan cucu nasionalis yakni Proklamator Bung Karno dan Rasid Baswedan (pahlawan nasional)
Perkembangannya baik Ibu Mega dan Anies tetap perform dengan pikiran-pikiran nasionalisnya.Dalam konteks idiologis, PDI P mengusung Anies itu halal.
Namun boleh jadi ini sikap Ibu Mega-PDI P ini efek Pilpres terutama retak nya koalisi-persahabatan politik dan emosional Mega-Jokowi.Mengusung Anies adalah menegaskan sikap antitesa politik Jokowi.
Ibu Mega dan PDI P bisa jadi ingin menguasai atau tak mau lepas kontrol atas DKJ Jakarta.Mengusung Anies adalah jalan paling rasional dan ideal seiring popularitas dan elektabilitas anaies yang tak tertandingi dan pada saat yang sama tak ingin Jokowi menyemai kekuatan di eks Ibukota Negara itu.Dengan Anies, PDI P ibarat domino dua jalan, tetap menggenggam jakarta sekaligus mematikan politik Jokowi di Jakarta.
Jakarta betapapun telah berubah nomenklaturny sebagai Ibu Kota Negata namun tetap menjadi rebutan karena dinilai masih menyimpan sejuta pesona baik politik dan ekonomis.DKJ Jakarta masih menyimpan magnet sebagai kota terpenting dan strategis dalam konteks politik dan ekonomi.Populasi elektoral yang besar, masih memainkan peran strategis transisi perpindahan ibukota negara ke IKN dan faktor ekonomi keuangan baik negara maupun investasi swastanya.
Bagaimana respons kubu Anies, ane melihatnya sebagai proposal politik Ibu Mega-PDI P yang simbiosis mutualisme.PDI P bukan partai gurem di DKJ tetapi eks partai pemenang dan kini masih bercokol di 3 besar pemenang pemilu DKJ Jakarta.PDI P menyimpang sejumlah kekuatan dahsyat sehingga sayang untuk dilepas.
Apalagi kabarnya PDI P menyodorkan kader terbaiknya Ahok sebagai pendamping Anies di Pilkada DKJ 2024.Tandem maut yang mematikan langkah Jokowi -Prabowo di DKJ Jakarta.
Anies-Ahok adalah akumulasi 2 figur tersohor pemimpin tersukses Jakarta.ke duanya sama-sama mantan Gubernur DKJ yang impresif prestasi kepemimpinanya yang istimewanya rakyat jakarta kek belum hilang lezat kue pembangunan mereka ber dua.Klop dah Nasdem-PKS-PDIP.
Komposisi ideal kepemimpinan Jakarta.
Anies-Ahok adalah Gubernur-Wakil Gubernur dan PKS adalah Ketua DPRD, ajib dah.Ini komposisi ideal kepemimpinan DKJ Jakarta.Nasdem-PKS-PDI P dan PKB dapat semua kepentingannya.
PKS sebagai partai idiologis yang terkenal konsisten konstitusional pemegang kendali DPRD dengan 3 fungsinya sudah mantap.Sebab PKS yang dikenal tegak lurus pada konstitusi dan kemaslahatan rakyat memang topnya di DPRD guna bisa men drive 3 fungsi Legislativ secara maksimal untuk sebesar-besarnya kepentingan rakyat.Pun demikian, dalam kondisi yang tengah dihadapi, kompromi adalah jalan paling rasional dan ideal guna meraih kemenangan.Tidak ada tujuan lain dalam konteks jangka pendek adalah meraih kemenangan agar bisa mewujudkan cita-cita ideal dan strategis.
Pada konteks lain Ibu Mega-PDIP mengusung Anies mengusik kita untuk menengok sisi lain DNA politik Ibu Megawati.
Sikap dan prilaku politik Megawati Soekarno putri kerap dikaitkan dengan idiologi dan visi soekarnoisme namun juga hubungan masa lalu yang emosional sang ayahanda dengan sohib politik serta lawan-lawan politiknya.
Bagaimana sikap Ibu Mega terhadap Trah Soeharto adalah gambaran tentang lembaran hitam putih hubungan Presiden RI ke II Soeharto dengan Presiden RI pertama Bung Karno.Sampai kini, kita belum melihat politik permisif Megawati terhadap Soeharto dan keluarganya bahkan kroni-kroninya.
All ! Ibu Mega digambarkan sebagai politisi perempuan yang dikuasai rasa malangkolisme yang kuat mempengaruhi setiap sikap dan keputusannya.
Mega-Anies.
PDIP atau Ibu Mega akan mendukung Anies membelahak mata semua kalangan.Nyaris tak mungkin, laksana air dan minyak bertemu namun tak bisa menyatu.
Puncaknya di Pilpres 2024, Anies dan Mega jika tak bersatu sekoalisi Pilpres namun bahkan tak sekalipun ketemu untuk membahas peta Pilpres layaknya 2 politisi kawakan yang menghadapi potensi ancaman yang sama utamanya ancaman dari penguasa.
Apakah pertemuan Ibu Mega-Anies galibnya dinamika hukum besi politik ataukah ada latar belakang sejarahnya.
Masuk akal jia kita menautkan sikap Ibu Mega-PDI P saat ini dengan jejak hubungan baik sang Proklamator Bung Karno dengan pahlawan nasional Rasid Baswedan, anggota PPKI.
Konon, hubungan emosional -persahabatan Bung Karno dan Rasid Baswedan amat kental baik dalam hubungan biasa maupun sesama nasionalis dalam perjuangan persiapan kemerdekaan Indonesia.Kabarnya, Rasid Baswedan ini berperan ganda termasuk penyedia rokok sang proklamator yang katanya dikenal klas pemadat.
Apakah faktor ini jadi pemantik hati Ibu Mega atau tidak, namun melihat DNA setiap pertimbangan atas sikap dan keputusan politik, bole jadi faktor sejarah hubungan emosional ini masuk tuh.
Good ! Jika iya, mantap, ada pengait chemestry politik antara Anies -Ibu Mega.Kompionen penting dan strategis dalam bangunan relasi politik koalisi !
Ternate, Minggu, 23 Juni 2024
Usman Sergi, SH/Kolomnis