By.Mukhtar Adam, Ketua ISNU Maluku Utara
Menkeu Sri Mulyani Indarwati (SMI) memproyeksikanpertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2025 mencapai 5,2%, inflasi di angka 2,5%, dan defisit anggaran sekitar 2,53% dariGDP, asumsi pertumbuhan ekonomi yang sulit mencapai 7 persen seperti yang dijanjikan Presiden terpilh Prabowo saatkampanye, menunjukan bahwa keragu raguan pemerintahanJokowi dalam merumuskan asumsi pertumbuhan ekonomi yang bisa mencapai 7 persen.
Asumsi pertumbuhan ekonomi dijelaskan lebih lanjut oleh Menkeu karena ekonomi global masih mengalami stagnan, seiring dengan tekanan atas suku bunga yang relative tinggi, eskalasi konflik geopolitik, peningkatan tensi perang dagangyang diprediksi meningkat, namun disisi lain dari domestic potensi ekonomi untuk ditumbuhkan dengan stimulus APBN masih menggunakan pola-pola belanja masa pemerintahanJokowi.
Jika dilihat dari tren pendapatan dan belanja pemerintahanJokowi selama periode 2015-2023, pertumbuhan pendapatansulit mencapai diatas 15% dari PDB, yang berdampak pada pelebaran deficit yang terus melebar, diikuti dengan ekspansipinjaman untuk menutupi deficit, telah berdampak signifikanpada akumulasi belanja Bunga Pinjaman dimasa akhirkepemimpinan Jokowi yang mayoritas pendapatan yang bersumber dari pajak negara digunakan untuk membayar bungapinjaman.