Setelah berkuasa, alih-alih melayani masyarakat, justru kepentingan pribadi yang dominan, koleksi kekayaan, sebagai batu loncatan untuk karir politik yang lebih tinggi atau untuk sebuah kebanggaan sebagai penguasa. Partai dan tim pendukungnya juga tidak memberi sokongan secara GRATIS. Ada ‘kue’ kekuasaan yang harus dibagi, baik berupa proyek ekonomi, jabatan-jabatan strategis, atau dukungan politik untuk kontestasi. Ini adalah realitas yang harus dihadapi.
Di sinilah kapasitas kepemimpinan diuji, bagaimana menyeimbangkan berbagai kepentingan yang saling BERADU, dengan tetap menempatkan kepentingan rakyat di atas segalanya. Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari 2 kepemimpinan sebelumnya. Ada kisah sukses, ada kegagalan dalam menjaga etika, ada kegaduhan-kegaduhan yang menguras energi masyarakat. Prinsip dasar yang harus tetap dijaga yaitu menempatkan kepentingan rakyat di atas kepentingan yang lain.
—000—
Tentu terlalu dini, jika kita menuntut hasil pada Gubernur baru, pada hari pelantikan ini. Tapi, juga tidak terlalu cepat untuk meminta kejelasan terhadap Gubernur dan ‘tim work-nya. Meminta kejelasan ini merupakan PENGINGAT bahwa sekarang bukan lagi masa kampanye. Sudah tiba waktunya untuk bekerja, bukan lagi BERWACANA.
Tugas-tugas berat menanti Gubernur baru. Ia mewarisi sebuah wilayah yang bisa dikatakan ‘tertinggal’ dan memiliki banyak problem. Sejak propinsi ini dimekarkan pada 4 Oktober 1999 silam, daerah ini dibangun seolah-olah tanpa visi dan perencanaan yang jelas. Padahal amat kaya dengan sumber daya alamnya. Memimpin Maluku Utara ibarat “mengangkut beras dengan kapal yang bocor parah.”—Beras tetap DIANGKUT, sementara kebocoran kapal harus DIATASI.
Celakanya, nakhoda kapal juga tak bisa diandalkan. Gubernur mewarisi birokrasi yang korup berantakan, juga harus berhadapan dengan legislatif dari partai dengan segala kepentingannya . Ia harus mengemudikan kapal sambil waspada, jangan-jangan ada anak buah kapal yang hendak MENIKAMNYA.
Sekarang waktunya bekerja. Kampanye sudah usai. Retorika, slogan, pekikan atas nama ‘Tuhan’ yang mengaduk emosi massa tak lagi diperlukan. Hal-hal sifatnya sentimentil itu tak akan bisa lagi membungkam mulut warga Maluku Utara, ketika kebutuhan nyata mereka tidak terpenuhi. Mereka butuh hasil nyata, butuh makan, butuh anaknya sekolah, butuh berobat saat sakit, butuh pekerjaan. Semoga semuanya dapat terpenuhi.
—000—
Hasil perolehan suara di KPUD Propinsi Malut, setidaknya ada 50,69 % penduduk Maluku Utara yang mendukung Gubernur dan Wakil Gubernur baru. Sisanya, adalah pendukung dari 3 paslon lainnya, tentu akan ‘mendukung’ bila Gubernur baru dapat bekerja dengan baik. Sebaliknya, bila kinerjanya BURUK, jangankan yang tidak mendukung, bahkan yang mendukung pun akan berbalik jadi PENCELA. Tentu tak ada yang berharap itu terjadi.
Untuk menjadi renungan bagi Gubernur dan Wakil Gubernur baru, “Di saat banyak yang ingin jadi Gubernur, ingin memperbaiki tanah kelahiran yang lama mereka huni. Ibu dan Bapak (berdua) telah DITAKDIRKAN untuk menjadi NAKHODA, mewujudkan harapan dan cita-cita seluruh warga Maluku Utara.
Maluku Utara, di mata “para leluhur kita,” mungkin masih seperti penggalan syair lagu Kla Project lewat suara merdu Katon Bagaskara, “Tiap sudut menyapa-ku bersahabat, penuh selaksa makna.”– Padahal itu sudah digerogoti zaman. Kini, Maluku Utara tak ubahnya parade pemandangan kusut manusia-manusia yang lapar. Mereka yang mencari kerja, mereka-mereka pula yang mimpinya DIPATAHKAN.
Selamat bekerja Ibu Gubernur (wanita pertama) Malut, Sherly Tjoanda dan Wakil Gubernur H. Sarbin Sehe. Tentu, ini bukan hanya ucapan selamat untuk PELANTIKAN. Tetapi ucapan Selamat BEKERJA.
Artinya ‘Bekerjalah !’ –Sesungguhnya ‘Kamera Tuhan dan Mata Elang Rakyat’ Maluku Utara akan selalu MENGAWASI kinerja Anda selama 5 tahun ke depan.Semoga.***