Sunday, 24 November 2024

Selamat Hari Pahlawan 10 November 2024 : “Pahlawan” Itu Bernama Edi Langkara.

-

Kita tahu, siapa yang menulis pesan di WAG tadi. Dia Abd. Rahim Odeyani. Dia tokoh dan pejuang pemekaran daerah Halmahera Tengah, karib Edi Langkara sekaligus mantan Wakil Bupati Halmahera Tengah periode lalu yang berpasangan dengan Edi Langkara. Kali ini, mereka berpasangan lagi untuk berkontestasi di periode keduanya. Meski sosok Imo, sapaannya, terpilih sebagai anggota DPRD provinsi Maluku Utara di pemilihan anggota legislatif lalu, dia memilih mundur dengan segala resiko.

Soal bahwa pesan di WAG tadi adalah bagian dari strategi membangun kesadaran emosional warga Fogogoru, sebutan untuk entitas tiga negeri [gamrange] Weda, Patani dan Maba, untuk kepentingan politik elektoral, itu sesuatu yang normal dan biasa. Dan saya tak mau ambil pusing soal itu.

Dengan rada emosional, saya menulis tanggapannya begini : “Kita harus jujur, ini kepedulian yang nilainya sangat tinggi karena menembus banyak lapisan-lapisan dimensi. Tidak banyak orang yang bisa melakukannya“.

Mengapa heroisme dan tekad “anak muda” di kampus Unversitas Khairun tadi begitu membara dan kuat terpatri di batin paling dalamnya hingga melahirkan energi luar biasa mewujudkannya, karena ada lapisan-lapisan dimensi kesadaran yang membungkusnya. Ada dimensi kesadaran spiritual dan keyakinan, ada dimensi harga diri, harkat dan mertabat entitas hingga dimensi tanggungjawab moril sebagai personal yang kuat dan lain-lain, yang bisa jadi berkecamuk di batin anak muda itu.

Sedikit kilas balik kiprah anak muda yang bernama Edi Langkara tadi. Kami sekelas di kelas awal SMAN Soasio di tahun 1985. Kami sama-sama berkiprah sebagai aktivis mahasiswa saat kuliah di Manado. Kami sama-sama aktivis pemuda di kabupaten Halmahera sebelum mekar yang masih beribukota di Tidore. Saya pernah menjadi sekretarisnya di ormas pemuda KNPI Halmahera Tengah. Dan kami sama-sama salah satu elemen pemuda yang turut berkontribusi memperjuangkan pemekaran Halmahera Tengah menjadi kabupaten sendiri yang beribukota di Weda saat ini.

Bisa dibilang, pertautan kami menembus ruang dan waktu yang teramat panjang hingga saat ini. Saya kenal betul sosok seorang Edi Langkara di masa-masa awal kami berkiprah. Masa ketika memperjuangkan wilayah Halmahera Tengah jadi kabupaten terpisah adalah masa-masa paling mencekam. Berbagai fitnah, teror hingga ancaman secara fisik dari afiliasi kelompok kepentingan yang berbeda, dihadapinya pantang menyerah. Nostalgi yang paling kuat membekas dalam memori saya, adalah ketika KNPI ngotot menyerahkan Pokok-Pokok Pikiran tentang Pemekaran Daerah tadi. Acara pembukaan sebuah Sidang Paripurna DPRD Halmahera Tengah yang masih berlokasi di Universitas Nuku saat ini, di interupsinya meminta waktu. Dan Kami maju ke meja pimpinan sidang untuk menyerahkan dokumen itu. Sebuah aksi yang benar-benar “nekat” ditengah kondisi dan konstalasi kebijakan politik yang tak berpihak pada Kami.