Ketika diminta agar peserta rapat, yang mayoritas para pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah itu, untuk segera ambil langkah, isyarat berhutang dulu nanti di anggarkan dan di ganti pada periode APBD berikutnya, Om Lan spontan protes. Maklum, kondisi begini sudah berulang tapi “berakhir pilu”. Tapi juga, beliau protes dengan gayanya, dengan sedikit merunut fakta inkonsistensi sebelumnya yang pernah terjadi berulang. Dengan modulasi dan ekspresinya yang memang terkesan rada lucu, Om Lan bilang, ambil langkah itu gampang tapi bagaimana atur langkahnya nanti. Seketika suasana ruangan jadi riuh.
Di akui bahwa kehadirannya di setiap pertemuan dan kegiatan-kegiatan pemerintahan selalu memberi warna lain, mencairkan kebekuan suasana hingga jadi Oase bagi banyak orang. Tak seperti yang sering kita lihat, ataupun mengalaminya saat ini. Iklim hingga suasana di tubuh pemerintahan, tak ubahnya neraka dunia bagi siapa saja, entah sesama aparatur pelayan sebagai subjek yang melayani ataupun objek yang membutuhkan pelayanan. Orientasi pelayanan sebagai ruh pemerintahan seakan diabaikan karena orientasi kepentingan personal dan kelompok yang tak jelas.
Bercengkrama dengan Om Lan semasa masih aktif di pemerintahan membuat waktu terasa berjalan begitu cepat. Tentu tak ada maksud Tuhan yang sia-sia. Pesan pertama untuk membaca tadi, yang boleh jadi, membuat segala potensi dalam dirinya “Terus bergerak” mengikuti sunatullah, yang menyehatkannya hingga saat ini.
Sosok sederhana dan mengesankan hidupnya “mengalir dan apa adanya” ini, ketika purna tugas, menyisakan banyak kenangan, hal-hal baik hingga teladan dan pelajaran, pelajaran kehidupan dari sang “Kutu buku” yang bikin saya agak terperanjat menerima pesan di dini hari itu. Wallahua’lam.