TERNATE—Pertemuan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Maluku Utara dengan Sherly Tjondoa menuai kecaman luas publik.Publik menilai langkah MUI Malut bertemu calon Gubernur Malut itu tidak pada momentum yang tepat.Ditengah momentum politik Pilkada, MUI tepatnya menjaga jarak dengan kontestan Pilkada sehingga tidak mengundang polemik publik.Terlibatnya MUI dalam kepentingan politik dikhawatirkan lembaga Islam itu kehilangan kepercayaan umat.
”Bukan soal MUI bertemua Sherly yang non muslim itu bermasalah tetapi MUI ditengah momentum politik Pilkada tidak bisa bertemu salah satu calon sekalipun itu calon dari kalangan muslim”ujar Dr.Sofyan Abas.
“MUI bertemu H.Husain Sjah-Asrul Rasyid Ichsan, MK-BISA dan Aliong-Sahril ditengah mereka berkontestasi di Pilkada saat ini tetap tidak bisa”
Sebab menurutnya MUI adalah institusi negara yang dibiayai dengan uang negara olehnya harus menjaga netralitasnya alias tidak bisa berpihak secara politik.
Dia mengkhawatirkan, nantinya terjadi penggiringan opini bahwa MUI telah mendukung dan melegitimasi 1 paslon.
“itu MUI sudah masuk ranah kepentingan politik, tidak bisa”tegas Ahjar.
”Kalau dalam konteks promosi perdamaian dan toleransi lebih tepat dan strategis, MUI bertemu organisasi agama lain seperti PGI atau GMIH dan GPM misalnya itu lebih tepat”jelas dia.
Ahjar meminta jajaran pengurus MUI bijak dan cerdas dalam membaca dinamika sosial politik sehingga tidak terjerembap pada kepentingan politik.
”Jika ingin terlibat politik praktis, lebih elok dan bijak mundur saja dari pengurus MUI dan ASN jika pengurus MUI masih berstatus ASN”tukas dia.
”Tapi saya Lia-Lia ni lebe bae Samlan Hi.Ahmad deng barapa orang MUI tu mundur saja dari MUI Malut jangan dong bikin MUI sama dengan Partai politik” ”saran cerdas dia.
Lebih jauh Ahjar berpandangan bahwa Islam sangat terbuka terhadap hubungan lintas agama.Contoh Kongkritnya adalah piagam Madina dimana tercetus konsensus atau kesepakatan Rasulullah Muhammad SAW dengan agama-agama lainya di Madinah untuk hidup rukun dan bekerja sama guna kemaslahatan bersama.
”Dalam hal muamalah, Islam bisa membangun hubungan dengan siapapun guna kemaslahatan bersama sebaliknya bukan untuk kepentingan kelompok karena hal itu potensial memicu masalah”jelas dia.
”Jadi langkah MUI dalam konteks hubungan lintas agama yang rukun dan damai itu bagus dan strategis tetapi bukan dengan calon Gubernur, sebab Asosiasi publiknya hanya untuk kepentingan pemenangan Pilkada, tidak yang lain”
“Itu yang kita takutkan MUI terjebak pada kepentingan politik oknum pengurus MUI sehingga membuat MUI kehilangan kepercayaan umat”pungkasnya(***)