MEDIA FAKYAT2R.COM–TERNATE||Nama Benny Laos sebagai kandidat calon Gubernur di pilkada Malut menyeruak kontroversial dalam wacana politik Maluku utara.Mantan Bupati Pulau Morotai ini dinilai menyerempet isu primordial agama yang sexi dan sensi.
Bukan soal Benny Laos yang non muslim ingin memimpin Malut yang mayoritas muslim, namun soal mengusung politik identitas primordial islami yang di protes.Aksi konsolidasi politik menggunakan kopiah, sumbangan Mesjid, lomba kasidah muslim islami dan ber qurban dinilai telah mengeksploitasi Islam hanya untuk meraup cerug suara muslim Malut yang mayoritas.
Bukan sembarang orang yang melayangkan protes tetapi kalangan ulama.Lihat saja pernyataan ulama terkemuka Maluku Utara Ustadz KH,Saleh Sakola dan Ustadz H.Usman Muhammad ( mantan ketua MUI Kota Ternate) kepada media ini baru-baru ini.
Menurut Kiyai Saleh Sakola, langkah Benny Laos berkopiah, menggelar sumbangan Mesjid, menggelar lomba kasidah berhadiah, ditengah keikutsertaan di Pilkada Malut adalah bentuk eksploitasi politik identitas bernafaskan nilai Islam.
“Tidak boleh, Benny Laos kan Nasrani, kenapa tampil dengan tema, simbol dan nilai Islam”tanya dia tegas.
”Kalau mau tampil politik identitas, kenapa tidak pakai salib saja, eloknya dia tampilah dengan ansih politik program, umat Islam telah demokratis tidak mempermasalahkan itu”tandas dia.
Sementara Ustadz Usman Muhammad menyoroti tajam langkah Benny Laos Ber qurban.Melalui yayasannya Benny Peduli, seperti terbaca di baliho berukuran mini di sebuah Mesjid di sebuah kelurahan di kecamatan Ternate tengah yang berlogo Bella Peduli dengan foto Benny Laos berkopiah bersama isterinya yang berkerudung dengan pesan dibawah foto keduanya “penyerahan hewan qurban dari yayasan Bella Peduli”
Ustadz Usman Muhammad menyatakan aksi Benny Laos ber qurban secara syar’i hukumnya haram dan ditengah dia berkompetisi politik di pilgub, qurban ala Benny berpotensi suap.
“Wa’alaikumussalam wr wb. Kalau dilihat dari sisi syariat Islam, singkatnya tidak dibenarkan, atau haram hukumnya”jawab Ustadz Usman via pesan whatssap ketika dikomfirmasi media ini bagaimana hukum Islam Benny Laos yang non muslim ikut ber qurban.
Sumber lain of derecord media lain juga menjelaskan, ber qurban bukan seperti menyembelih hewan untuk acara biasa sehingga bisa menerima sumbangan dari kalangan manapun tetapi ber qurban itu ibadah dalam Islam yang ada rukun dan syaratnya yang tidak bisa dicampuradukkan.
”ber qurban itu ibadah yang ada syarat dan rukunnya, tidak bisa sembarangan seperti sumbangan hewan untuk acara pesta dan sejenisnya jadi Benny Laos jangan masuk sembarangan”tegas dia.
Ustadz Saleh Sakola khawatir, cara Benny justru mengusik kontriversi publik berbau agama seperti yang pernah disentil AbduRahim Fabanyo.
”kan AbduRahim pernah membuat status di medsos tu dan itu saya tunjukan ke pihak TNI dan Polri di forum FKIB, Benny Laos lah potensial pemicu konflik ”ungkap Kiyai Saleh Sakola.
Menurut sumber of derecord media inj, sikap tokoh -tokoh Islam ini tidak bisa dianggap remeh temeh oleh Boss konglomerasi bisnis Bella Grup ini.Sebab sikap keduanya adalah fonomena gunung es dan bola salju atau snow Ball yang bisa menggelinding membesar.
Namun Benny Laos yang dikomfirmasi perihal isu politik identitas islami ini diam seribu bahasa.Komfirmasi via pesan WA yang terbaca masuk dan tertanda contreng biru itu tak di tanggapi.
Kalangan muslim mempertanyakan kemunculan Benny Laos secara kritis, bagaimana mungkin Benny Laos dari golongan primordial minoritas 25% itu terobsesi memimpin Maluku utara yang mayoritas muslim (75%).
Lihat saya status Hasan Ali Marsaoly di media sosial Facebook bahwa “Benny Laos belum layak memimpin Malut yang mayoritas muslim”tegas dia dalam status Fb nya.
Tengok pula status Media sosial Facebook, Warga nitizen atas nama AbduRahim Fabanyo dan Hasan Ali Marsaoly mempertanyakan secara kritis kemunculan Bos Bella Grup ini.AbduRahim Fabanyo bahkan mengajukan pertanyaan kontroversial “Apa Benny Laos tidak takut terjadi kerusuhan” ?pertanyaan yang mengusik instabilitas.
Menurut sumber ini, Patut dicatat oleh Benny bahwa Abdurahim Fabanyo dan Hasan Ali Marsaoly adalah fonomena gunung es perspektif politik Islam.Paham politik Islam ini jauh lebih banyak pada aras basis muslim.Permasalahannya, arus ini potensial menggelinding seperti fonomena bola salju yang bisa menggelinding membesar permasalahanya.
Namun Benny Laos tak serta merta dihalangi dengan isu agama.
Bagi kelompok pro demokrasi, Indonesia adalah negara demokrasi yang memungkinkan setiap warga negara nya menyatakan sikap politik baik memilih dan dipilih.
Dalam konteks ini, Benny Laos yang non muslim dan etnis keturunan dan kandidat muslim yang lain memiliki hak konstitusional yang sama untuk bisa berpartisipasi dalam politik demokrasi.Dari perspektif ini,
Benny punya hak yang sama untuk mencalonkan diri sebagai calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur.Keputusan dipilih atau tidak semuanya tergantung rakyat sebagai pemilik kedaulatan.Dalam demokrasi “Vox pupoli vox dey atau suara rakyat adalah suara Tuhan.
Maka melarang Benny Laos mencalonkan diri adalah melawan konstitusi negara.Benny Laos sah-sah saja jika tidak dipilih oleh rakyat karena rakyat memiliki hak penuh untuk memberikan pilihannya tanpa intervensi siapapun bahkan negara, bukan dilarang mencalonkan diri.
Teori, azaz dan norma demokrasinya, Negara Indonesia adalah negara demokrasi yang menempatkan kedaulatan rakyat atau kekuasan tertinggi ditangan rakyat, bukan negara teokrasi yang menempatkan kedaulatan tinggi di tangan Allah.
Tetapi jangan salah kaprah, yang dipersoalkan kalangan ulama adalah cara Benny Laos yang dinilai mengeksploitasi politik identitas nilai islami.
”kalau ingin calon Gubernur tidak masalah tetapi jangan bawa-awa simbol islami”tandas Ustadz Saleh Sakola.
Sarannya, Benny Laos berkontestasi dipilgub malut adalah hak konstitusional nya sebagai warga negara yang memilih dan dipilih.Catatan nya, sebagaimana saran Ustadz Saleh Sakola, Benny Laos bijaknya menghindari isu sensitif ini dengan menghadirkan gerakan politik visioner dan program.
”Kalau ingin tampil di pilgub, tampilah dengan politik program”tandasnya.
Benny lalu diminta berkaca pada strategi calon DPD Gral Taliao yang sukses meraup cerug suara muslim hanya dengan pendekatan politk program.
“Tiru itu strategi Gral yang bisa meraih simpati pemilih muslim dengan politik program”ujar sumber ini.
Belum cukup meniru Gral, Benny juga mungkin belajarlah pada Hendrata Teis di Sula yang bisa memenangkan Pilkada sula yang 99,99% muslim dengan hanya mengandalkan politik program.
Mantan Ketua MUI Kota Ternate Ustadz Ustadz H. Muhammad yang senada sikap ulama lain namun balik menyalahkan kalangan muslim yang dinilai ikut mendorong Benny Laos berpolitik identitas islami.
“Wa’alaikumussalam wr wb. Mohon maaf saya bukan lagi Ketua MUI. Tapi jelas saya sebagai seorang Muslim sama pandangan saya sama dgn tokoh-tokih Islam lainnya. Dan saya sangat sesalkan ada sebahagian pengurus Masjid sampai2 mengajukan proposal bantuan Masjid kepada Beny Laos, ini berarti kita sengaja minta supaya di suap. Karena bantuan yang diberikan itu bukan gratis pasti ada maunya. Padahal suap menyuap itu jelas2 dilarang dalam Islam”pungkasnya.
Sebaliknya rakyat terutama pemilih muslim disarankan tak perlu terlampau risau dengan kemunculan Benny Laos.Sebab pada finalnya, rakyat Malut terutama pemilih muslim memiliki kedaulatan tertinggi untuk menentukan posisi Benny yakni memilih Benny Laos atau tidak.
“Asal Benny Laos bermain sistimatis dengan politik program di Pilkada bukan politik bernuansa suap seperti yang tengah dia lakukan”pungkasnya (***)