Wednesday, 5 February 2025

(ANTARA) MADINAH – ISTAMBUL

-

Setelah keluar dari pintu pesawat melalui garbarata, ada 3 petugas berseragam, yang berteriak “Anatolia,Anatolia,Anatolia”. Teriak mereka berkali kali ke arah penumpang, sepertinya ditujikan pada penumpang transit, yang akan melanjutkan ke Anatolia, sebuah kota dari sekian kota lain di Turkey.
Sementara kami dengan penumpang lainnya, terus berjalan mengikuti arah penumpang tujuan akhir di Istambul. “kira-kira di mana pengambilan barangnya Guntur?” tanya Pak Tomas. “Belum ada petunjuk ini kak” jawab ku. “Lumayan juga jalannya ya”, kembali Pak Tomas komentar. “ntar ya.. saya coba tanyain dulu pada petugas” jawab-ku. Sementara Ibu Irma dan Dina narik uang di ATM yang tak jauh dari kami. Kami butuh uang lira, mata uang Turkey.

Dari petugas, Ia menunujuk ke arah tertentu sambil menyebut “Bapak ke arah sana, belok kanan, ada petugas kontrol, periksa pasopor baru belok kir, jalan, ketemu nanti pengambilan barang”. Gitu kira-kira yang saya terjemahkan dari pememahamn bahasa Inggris saya yang pas-pasan.
Sesampai di pengambilan barang kami pun ngambil bagasi. Saya dengan Dina sempat menuju duty free untuk mencari keperluan Dina, sempat juga ngambil foto.
Setelah itu, kami pun menuju ke pintu 8, tempat dimana kami telah ditunggu oleh orang yang telah dikontak Dina. Saat keluar, tidak butuh waktu lama, tiba-tiba ada sepasang anak muda turkey, laki dan perempuan hampiri kami. Dan benar, merekalah adalah penjemput kami. “Mereka ini adalah mahasiswa yang ngisi waktu liburannya mencari uang seperti ini” ujar Dina.
—000—-
Setelah istirahat sejenak, kami pun memasuki sebuah mobil private menuju ke hotel. “How long does it take to get to the hotel?”/(berapa lama sampai ke hotel?, tanya Pak Thomas pada sopir. “one hour” (1 jam) jawab, sopir. Mobil pun meluncur. Mobil tersebut terbilang mewah dan berkelas. Tempat duduknya berhadapan, interiornya unik, kursinya empuk dan nyaman diduduki.
Sepanjang perjalanan kami menkmati suasana kota Istambul, panorama di kanan kiri kami amat menakjubkan. Istambul adalah kota peradaban dan penuh sejarah. Kami melewati panyai, dan terlihat meditaranian dan Bosporus yang merupakan titik pertemuan barta dan timur.
–000—
Akhirnya pukul 13.57, tibalah kami di Hotel Erboy, sebuah hotel yang. Indah dan layak.Kami pun disambut dengan ramah oleh pihak hotel. Ada “welcome dring” ysng disuguhakan, Pak Tomas, Ibu Irma dan Penulis memilih teh, sementara Dina memilih kopi.
Kami pun, disodorkan semacam fom pengisian untuk kemudian di list dan ditanda tangani. Selanjutnya Pak Tomas menanyakan beberapa hal, kaitan dengan, bagaimana menggunakan tran, tiket ke bursa, letak haga sofia, tempat makan dan lainya.
Selanjutnya, kami diserahkan kartu kamar, dan segera masuk kamar, kamarnya sangat layak dan indah. Deskripsi tentang profil hotel Erboy, akan di tulis khusus dalam catatan tersendiri.


–000—
Sesaat kemudian kami turun untuk mengisi perut yang terasa amat lapar, makan di pesawat sepertinya tidak pas dengan lidah kami. Kami memilih sebuah tempat makan yang jarak hanya beberapa meter dari hotel.
Tempat itu namanya New Hazar Restoran, tersedia banyak menu, ada yang khas turkey, kebab, roti-rotian, sup, beberapa diantara menunya adalah ikan. Penulis memilih ikan bakar,dina spageti, sementara Pak Tomas dan Ibu Irma memili steak daging.
Sambil menunggu makanan, kami disuguhkan makanan pembuka, yakni roti khas tiumur tengah,bersama cream dan sup. Juga dengan minuman cofe late, gren tea dan milk tea, sesuai dengan pesanan kami masing-masing.
Bebarapa saat kmemudian makanan pesanan kami pun disajikan, awalnya hanya pensaran seperti apa ikannya, ternyaata sangat gurih, ukuran ikannya lumayan,ada sedikit nasi dan kentang. Sambil ngobrol kami pun menikmati hidangannnya.
–ooo—
Kami kembali ke kamar hotel, mandi membersihkan diri, setelah itu mengeluarkan pakaian ganti dari koper, berikutnya shalat ashar dan kemudian rebahan untuk memulihkan tenaga. Sambil rebahan, saya video call ibu (Mareku) bicara gantian dengan Dina, dan setelah itu, kembali rebahan.
Kuarng lebih 2 jam Istirahat. Perut terasa lapar, saya pun dengan Dina turun mencari makanan. Kali ini kami jalan sedikit ke titik lain sambil meikmati suasana malam di sekitar hotel. Suasana kedai yang kerlap-kerlip lampu yang temaran, menambah indah suasana malam itu.
Sesekali kamai bertemu dengan wisatawan dari korea, Kami akhirnya memilih sebuah kedai dengan memesan ikan. Kali ini pursi agak besar, terdiri dari aneka ikan bakar, ikan goreng,udang dan cumi yang terkenal sangat gurih.
Penulis lebih memilih minum teh aple, sementara Dina memilih coffe late.Ada yang perlu diingatkan kalau memilih menu harap hati-hati, perhatikan dengan jelas harga menu makanan dengan jelas, jangan sampai “diketok” hargai usai makan. Bagian ini, akan ditulis secara tersendiri
30 menit kemudian, kami telah tiba kembali di hotel. Dalam perjalan pulang, terlihat kedai-kedai tempat makan mulai tutup dan saat itu waktu menunjukan pukul 23,00.