Saturday, 10 May 2025

In-Memoriam : Sosok Penuh Warna (Itu) Telah Berpulang

-

Pemandu perjalananya bercerita satu kisah para raja. Ujarnya, setiap kali raja dilantik, yang pertama ia lakukan adalah membangun dulu MAKAMNYA. Sang raja membangun dulu tempat nanti ia dikuburkan.

Sebelum raja yang baru memerintah, berhari- hari, ia diminta merenung. Di makamnya nanti, ia ingin dikenang sebagai apa? Apakah raja yang cinta pengetahuan? Yang cinta keadilan? Yang cinta kejayaan?.

Dari sana, ia susun roadmap pemerintahan. Berbeda harapan, berbeda keinginan dikenang sebagai apa di batu nisan, akan berbeda pula kebijakan utama sang raja.

Lama Ia merenung. Tradisi raja di masa itu, justru mulai memerintah dengan merenungkan dulu kematiannya. Ia ingin dikenang sebagai apa? Mempersiapkan makam justru untuk memberi pedoman hidup.

Kedua, soal apa yang kita ingin TERTULIS di nisan, justru datang dari guru manajemen: Peter Drucker. Ia juga banyak mengajarkan. Jika kita ingin membangun “legacy”, jejak yang monumental, juga mulai dengan pertanyaan itu “ dirimu ingin dikenang sebagai apa”?

Ujar Peter Drucker, jika usiamu sudah di atas 50 tahun, tapi masih belum merumuskan dirimu ingin dikenang sebagai apa, kau menyia-nyiakan hidupmu. Peter Drucker menceritakan juga perjumpaannya dengan ekonom terkenal: Schumpeter. Drucker bertanya kepada schumpeter, ia ingin dikenang sebagai apa jika nanti ia mati.

Schumpeter tertawa. Tapi ia menceritakan perubahan dalam hidup. Dulu, katanya, ketika aku masih muda, aku ingin dikenang sebagai penulis buku ekonomi terbaik yang pernah ada. Itulah tujuan hidupku: dikenang sebagai penulis buku ekonomi yang monumental.

Namun, ujar Schumpeter, usiaku kini sudah 62 tahun. Aku mengubah tujuan hidup. Ada yg lebih penting dibandingkan buku. Yaitu manusia. Aku lebih ingin dikenang ikut melahirkan para murid, manusia, yang menjadi pemikir ekonomi kelas satu dunia. Bukan buku, tapi manusia!

-000-