-Ditulis dengan penghormatan pada karya T.S. Eliot, sang penulis waktu-
by : M.G Alting
Di tahun yang nyaris berakhir ini, Aku berjalan melewati koridor waktu, di mana setiap percakapan adalah batu bata, dan setiap ide adalah semen yang merekatkannya.
Dalam setiap embusan detik yang meluruh, aku berdiri di ambang pergantian, mencoba menggenggam masa lalu seraya menatap kabut masa depan.
“For last year’s words belong to last year’s language, and next year’s words await another voice.”
T.S. Eliot mengingatkan, bahwa waktu bukanlah garis lurus, melainkan lingkaran. Begitu pula perjalanan ini—serangkaian momen yang terus berputar, kembali menguji, memecah, dan membangun kembali.
Tahun ini adalah tahun cerita. Di dalamnya ada narasi tentang perjalanan. Ada suara para jurnalis muda yang kutemani menulis resensi, dan riuh rendah konten media sosial yang kubentuk seperti ukiran kayu di tangan seorang pengrajin.
Dalam refleksi, ada tanya—pertanyaan yang sering kuajukan pada diriku sendiri: apakah aku telah cukup menulis? Apakah jejakku telah berarti?
Seperti para peziarah yang mencari makna, aku bertemu dengan lintasan ide, seperti gemuruh Gen Z yang lebih memilih TikTok daripada mesin pencari. Aku belajar, lagi dan lagi, bahwa perubahan adalah satu-satunya konstanta.
Waktu adalah arsitek yang cerdas. Ia meruntuhkan, hanya untuk membangun ulang. Ia membekukan kenangan seperti pahatan es, namun sekaligus menghapusnya perlahan dengan kehangatan napas.
Dalam kabut pagi di penghujung Desember, aku menyadari, apa yang kutemukan tahun ini bukanlah jawaban, melainkan pertanyaan yang lebih baik.
Apakah Aku sudah cukup memeluk masa lalu tanpa melupakan masa depan? Bagaimana Aku memaknai ulang “kesetiaan” di dunia yang semakin cair?
Pertanyaan-pertanyaan ini menggema, seperti baris puisi yang tak selesai, menanti akhir yang mungkin tidak akan pernah datang.
Dan seperti T.S. Eliot pernah berkata, “We shall not cease from exploration, and the end of all our exploring will be to arrive where we started and know the place for the first time.”
Aku tahu, perjalanan ini belum selesai. Tahun depan, pertanyaan baru akan muncul, narasi baru akan terbentuk. Tapi satu hal yang pasti—Aku siap.
Di ujung waktu, Aku berdiri bukan sebagai sosok yang sama seperti setahun yang lalu. Aku adalah hasil dari setiap senandika, setiap kecemasan, dan setiap harapan. Waktu telah meluruhkanku, hanya untuk membentukku kembali.
Dan untuk itu, Aku berterima kasih.
Kaki bukit Jabal Nur Makkah, 31 Desember 2024