Wednesday, 5 February 2025

In-Memoriam : Sosok Penuh Warna (Itu) Telah Berpulang

-

Pentingnya kita merenung soal kematian, ingin dikenang sebagi apa, justru untuk membuat hidup kita lebih fokus dan lebih bermakna.

Mendengar wafatnya seorang tokoh, sosok, terutama yang pernah memiliki momen bersama, menggerakkan saya menuliskan SESUATU. Tak terasa di bulan ini, saya telah menulis 2 esai In Memoriam. Sebelumnya saya telah menulis In-memoriam sahabat saya Kepala kanwil Kementrian Agama Sul-Sel, Dr.H.Muhammad Tonang. Yang juga telah wafat. Beliau adalah sahabat Semasa saya masih aktivis, saya Ketua Senat Dakwah dan beliau adalah sekretaris Senat Mahasiswa Ushuludin UIN Makassar.

Ketika mendapat kabar wafatnya orang yang dikenal, selalu saya hidup- hidupkan harapan itu. Ia, sang tokoh, teman itu, sahabat ini boleh menjemput kematiannya. Tapi gagasan yang pernah dicetuskannya semoga tetap hidup.

–000–

Akhirnya menutup esai ini, saya ingin memberikan kesaksian, Almarhum UJAS adalah sosok pribadi yang smart, tetapi rendah hati. Bahkan saya bisa menyebutkan Ia memiliki kesopanan yang tinggi dan selalu ramah.”saya secara pribadi sangat hormat kepada beliau. Pintar, rendah hati, sopan dan selalu ramah. Kepentingan bersama selalu beliau menangkan”.

Banyak yang terkejut mendengar kabar kepulangan yang begitu mendadak. Bahkan dai kondang sahabat Ujas, Ustadz Das’ad latif dalam status akun facebooknya menuliskan “
“Kepergiannya di usia masih muda, telah banyak meninggalkan jejak pikiran dan kesaksian yang akan tetap dicatat dalam memori. Rencananya, Ujas akan menjadi penceramah dalam acara tauziah dan dalam rangka mengenang 100 hari wafatnya Hj.Nurjannah Madi senin malam ini”.

Namun beberapa jam jelang acara. Ujas menghembuskan nafasnya yang terkhir. “ajal betul-betul tak terduga, malam ini beliau janji takziah, “namun ternyata beliaulah yang meninggal”.Tulis Ustadz Das’ad. “Berita wafatmu, membuat sekujur tubuhku menggigil, muballigh-pun pasti menemui ajal”.–Ujas Tuan guru, adalah legenda dunia dakwah di tanah Makassar. Al-fatihah”. Demikian tulis Das’ad latif di Facebook.
–000___

Akhirnya meminjam ucapan guru kita, Prof.Dr. Qasim Mathar. Ketika memberi kesaksiamn atas wafatnya KH.Jalaludin Rakhmat, beliau memberi catatan “Bekas jejak dakwahnya Jalaluddin Rakhmat berkeliling merupakan garis-garis bersambung tak putus hingga beliau menutup mata”.–Dan menurut saya, ungkapan ini, juga sangat layak berlaku untuk kakak,sahabat, kolega dan guru kita Usman Jasad.
Wafatnya Usman Jasad, merupakan kehilangan besar bagi para aktivis dakwah dan umat Islam khususnya di Sulawesi-Selatan. Ujas adalah sosok langka yang dirinya menjadi kombinasi seorang guru, aktivis, pemikir, sahabat, juru dakwah, sekaligus orangtua bagi keluarganya.

Kader-kader organisasi, mahasiswa dan jamaahnya bergerak di banyak kota. Bagi pasukan yang berjalan teratur dan rapi. Eks Jamaah-jamaah umroh, kaders, dan mahasiswa yang ditinggalkannya bagai MENARA yang secara teratur memancarkan CAHAYA ke permukaan gelombang laut yang berkarang.
Usman Jasad telah tiada, tapi “aroma wanginya dinikmati oleh semua umat”. Akhirnya Selamat Jalan Ka Usman, Engkau adalah mentor, guru dan sekaligus sosok kakak yang baik bagi kami adik-adik-mu…Kami, selalu merindukanmu. Kami bangga padamu. Istirahatlah dengan tenang di haribaan Ilahi .Semoga mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya, Amiin.

Qoute :
Pusara dipenuhi oleh orang-orang sebenarnya masih dibutuhkan oleh agama, umat dan bangsa.


Hotel Sajah Madinah, 6 Januari 2024
Pukul : 02.00 waktu (KSA)